ANGKASAREVIEW.COM – PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akan menyerahkan pesawat angkut medium CN295 pesanan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) pada akhir bulan ini (Juli 2018). Pesawat saat ini sudah berada di hanggar Delivery Center PTDI dan siap dikirimkan.
Dari pantauan tim redaksi Angkasa Review langsung di PTDI pada minggu ini, tampak pesawat berkelir Direktorat Polisi Udara (Ditpolud) pesanan Polri yang pertama ini sudah siap digunakan. Pesawat pun sudah menjalani beberapa kali penerbangan uji dipimpin Kepala Pilot Uji PTDI Capt. Esther Gayatri Saleh.
Capt. Esther mengatakan, pesawat saat ini sedang persiapan untuk menjalani IMAA Acceptance dan Customer Acceptance yang akan dilaksanakan minggu depan. “Kami sedang menyiapkan hal itu agar semua berjalan working properly,” ujarnya.
Manajer Program CN295 PTDI Ibnugroho Onto Wicaksono mengatakan, sebelum diserahterimakan CN295 Polisi Udara akan melewati proses IMAA (Indonesian Military Airworthiness Authority) Acceptance oleh Kementerian Pertahanan. “Polri memang meminta bantuan Kemhan untuk proses IMAA CN295 ini,” ujar Ibnu.
Menilik tampilan dari luar, tidak ada beda dari sisi konstruksi antara CN295 Polisi Udara dengan sembilan unit CN295 yang lebih dahulu dimiliki oleh TNI Angkatan Udara. Hanya coraknya saja yang beda. Sementara untuk kabin, Polri memesan konfigurasi 50 tempat duduk (2-2 berderet ke belakang). Konfigurasi ini merupakan konfigurasi passenger (penumpang).
Polri sendiri memesan empat modul konfigurasi untuk kabin CN295-nya, terdiri dari modul VIP, Passenger, Paratroops, dan Medivac. Modul-modul ini telah disiapkan oleh PTDI dan akan diserahkan bersamaan dengan penyerahan pesawat.
Sobat AR, Ibnugroho kepada Angkasa Review menjelaskan, keempat modul kabin dapat dibongkar-pasang untuk digunakan sesuai kebutuhan. Penggantian modul ini bersifat quick-change, hanya butuh waktu 2-3 jam saja dan dapat dilakukan dengan mudah.
“Kecuali untuk mengubah konfigurasi dari passenger ke paratroops, butuh waktu lebih lama karena harus mencopot bagian lapisan dinding kabin terlebih dahulu,” ujarnya. Bila kapasitas untuk modul passenger adalah 50 orang, maka dengan modul paratroops kapasitas menjadi 70 orang dengan konfigurasi duduk menyamping tiga deret ke belakang.
Yang membanggakan, dalam pengerjaan pesanan CN295 Polisi Udara ini, tim PTDI ternyata berhasil menyelesaikannya enam bulan lebih cepat dari waktu yang ditentukan.
“Pengerjaan untuk Polisi Udara ini lebih cepat 6 bulan dari jadwal yang ditentukan. Dalam kontrak, kita harus menyerahkan pesawat ini ke Polri pada Januari 2019. Namun harapan kami, pada 30 Juli ini pesawat sudah bisa kami serahkan,” ujar Ibnu.
Ibnu mengakui, CN295 bukan sepenuhnya buatan PTDI. Berbeda dengan CN235 dan NC212i yang produksinya kini sudah sepenuhnya dilaksanakan di Bandung, untuk produksi CN295 ini PTDI masih bekerja sama dengan Airbus Defence and Space (ADS) di Spanyol.
“Jadi 295 ini merupakan kolaborasi antara PTDI dan ADS. Untuk sub-assembly dilakukan di Spanyol dan memakan waktu selama satu tahun. Kemudian setelah sub-assy ini selesai, maka untuk final-assy-nya dikirim ke indonesia. Nah ini butuh waktu enam bulan sampai diserahkan kepada pemesan. Sehingga total pengerjaan 18 bulan,” terangnya.
Ditambahkan, PTDI berkontribusi membuat komponen untuk CN295 ini sebanyak 25%. Setelah menjalani pengecekan akhir di Spanyol, seluruh komponen CN295 ini dikirim dalam bentuk gelondongan ke Bandung menggunakan kontainer-kontainer besar via laut. Di Kota Dirgantara inilah CN295 ini menjalani perakitan akhir, uji terbang, acceptance, hingga diserahkan kepada pemesannya dalam hal ini Polri.
Roni Sontani