Trump usir Zelensky dari Gedung Putih: Kamu tidak memegang kendali saat ini, Kamu harus mencapai kesepakatan dengan Rusia atau kami keluar

Trump dan Zelensky terlibat adu mulut di Gedung PutihAP

AIRSPACE REVIEW – Presiden Amerika Serikat Donald Trump meledak amarahnya kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat terlibat perdebatan di Ruang Oval, Gedung Putih pada Jumat

Trump marah karena Zelensky dianggap belum siap untuk berdamai dengan Rusia.

Rekaman video perdebatan Trump dan Zelensky, serta Wakil Presiden JD Vance, di Ruang Oval mengenai Perang Rusia-Ukraina, berlangsung di depan sorotan kamera media AS dan global.

Rekaman tersebut telah tersebar luas di media sosial. Salah satunya diunggah oleh Elon Musk melalui akun X-nya.

Usai perselisihan pendapat antara Zelensky, Trump, dan Vance, Presiden Ukraina itu dilaporkan meninggalkan Gedung Putih tanpa kesepakatan mineral yang sebelumnya dipandang sebagai langkah penting Ukraina menuju gencatan senjata yang dimediasi oleh AS.

Suasana di Ruang Oval mulai memanas ketika Zelensky bertanya kepada Vance mengenai diplomasi macam apa yang dilakukan oleh Amerika Serikat.

Sebelumnya Vance menyatakan bahwa AS di bawah kepemimpinan Presiden Trump akan menyelesaikan perang Rusia-Ukraina.

Zelensky mempertanyakan langkah AS yang membiarkan Rusia menginvasi wilayah-wilayah besar Ukraina seperti Krimea pada tahun 2014. “Tidak ada seorang pun yang menghentikan hal itu,” kata Zelensky.

“2014 saya tidak ada di sini (Gedung Putih),” kata Trump.

“Ya, tapi dari sejak 2014 hingga 2022 yang ketika itu Presiden Obama, Presiden Trump, dan Presiden Joe Biden, semua tidak ada yang mencegah dia (Putin),” kata Zelensky.

Perdebatan semakin sengit dan Trump pada akhirnya mengatakan Ukraina dalam keadaan bahaya. Trump juga menyebut Zelensky bertaruh dengan Perang Dunia Ketiga.

“Kamu tidak perlatan militer yang kuat, Kamu tidak punya kartu, Kamu tidak dalam posisi yang baik saat ini,” kata Trump.

Presiden AS juga menyebut seharusnya Ukraina berterima kasih kepada Amerika yang di bawah kepemimpinan “presiden bodoh Joe Biden” telah memberikan bantuan 250 miliar USD.

“Tanpa bantuan AS, Ukraina pasti sudah jatuh ke tangan Rusia dalam dua minggu,” kata Trump, menegaskan bahwa Zelensky tidak berada dalam posisi untuk bernegosiasi.

“Tiga hari,” sahut Zelensky menguitp ucapan Presiden Rusia Vladimir Putin.

“Ya, mungkin lebih cepat dari itu,” balas Trump.

“Kamu tidak memegang kendali saat ini,” lanjut Trump. “Kamu harus mencapai kesepakatan, atau kami keluar. Kalau kami keluar, kamu harus bertarung sendirian, dan saya rasa itu tidak akan berjalan baik,” tandas Trump.

Tak lama setelah itu, Zelensky meninggalkan Gedung Putih. Terlihat dari video di mana ia dengan cepat keluar dari gedung itu tanpa diantar Trump.

Usai pertemuan dengan Zelensky Trump kemudian menulis di media sosial Truth miliknya, “Dia bisa kembali jika sudah siap untuk damai,” tulis Trump.

Sementara itu dalam wawancara dengan Fox News setelah kejadian itu, Zelensky menolak meminta maaf.

“Saya menghormati Trump dan rakyat Amerika,” katanya kepada Brett Baier dari Fox. “Tapi saya tidak yakin kami melakukan sesuatu yang salah,” kata Zelensky.

Sementara itu, sekutu AS di Eropa-semakin khawatir Trump akan memaksa Ukraina menyerah kepada Rusia.

“Kamu tidak sendirian,” kata Perdana Menteri Polandia Donald Tusk dalam pesan solidaritas yang digaungkan di seluruh Eropa Barat.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, yang baru saja mengunjungi Gedung Putih, mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan Trump dan Zelensky melalui telepon usai insiden tersebut. Ia berjanji memberikan dukungan tanpa syarat untuk Kyiv.

Sementara itu, Perdana Menteri sayap kanan Italia, Giorgia Meloni, menyerukan pertemuan darurat antara AS, Eropa, dan sekutu mereka untuk membahas Ukraina.

Di AS, kritik terhadap Trump dan Vance bermunculan. Pemimpin mayoritas Senat dari Partai Demokrat, Chuck Schumer, menuduh mereka melakukan pekerjaan kotor Putin.

Sebaliknya, Rusia menyambut baik keretakan hubungan antara Kyiv dan Washington.

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menyebut Zelensky sebagai “babi yang kurang ajar” yang telah mendapat pelajaran berharga di Ruang Oval.

“Bagaimana Trump dan Vance bisa menahan diri untuk tidak menghajar si bajingan itu adalah keajaiban kesabaran,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia.

Di pihak Partai Republik AS, beberapa tokoh justru menyalahkan Zelensky.

“Saya rasa kebanyakan orang Amerika, setelah melihat kejadian hari ini, tidak akan mau bermitra dengan Zelensky,” kata Senator Lindsey Graham.

Namun, Ukraina tetap bersatu mendukung pemimpinnya. Panglima militer Ukraina menegaskan bahwa mereka tetap berdiri bersama Zelensky, sementara menteri luar negerinya memuji keberanian sang Presiden Ukraina.

Diplomasi yang gagal dilakukan oleh Zelensky terhadap Trump pada hari Jumat, menimbulkan spekulasi mengenai masa depan Ukraina. (RNS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *