AIRSPACE REVIEW – Pemberontak yang dipimpin oleh Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) dan kelompok-kelompok lainnya yang didukung Turkiye, telah melancarkan serangan besar-besaran terhadap wilayah yang dikuasai pemerintah Suriah di Idlib, Aleppo, dan Hama.
Kemajuan pesat mereka telah mengakibatkan perebutan wilayah-wilayah penting, termasuk sebagian besar Aleppo, yang menandai serangan besar pertama sejak gencatan senjata tahun 2020.
Saat pertempuran berkecamuk, pasukan pemerintah dikenal sebagai Tentara Arab Suriah atau SSA telah mengalami kerugian besar dalam hal personel dan wilayahnya.
Ini mencerminkan tantangan yang semakin besar yang dihadapi rezim di tengah konflik yang sedang berlangsung.
Bentrokan yang sedang berlangsung di Suriah telah terbukti menghancurkan aset militer rezim Bashar al-Assad dengan kerugian peralatan yang belum pernah terjadi sebelumnya hanya dalam waktu 10 hari terakhir.
Di antara kerugian yang paling mencolok adalah 35 pesawat dan 154 tank dalam beberapa model. Hal ini menyoroti kerentanan pasukan Assad di bawah tekanan berkelanjutan.
Khusus untuk pesawat terbang, tercatat 24 jet latih Aero L-39 Albatros dan sembilan jet tempur MiG-23 Flogger, telah dikuasai pasukan pemberontak.
Selain itu, termasuk juga satu helikopter angkut Mi-8/17 dan satu pesawat tak berawak Ababil-3 buatan Iran yang digunakan untuk pengintaian juga dihancurkan.
Kerugian aset udara ini mencerminkan penurunan signifikan kemampuan rezim untuk mendukung operasi darat dan mempertahankan pengawasan medan perang.
SSA juga menderita kerugian signifikan dalam sistem pertahanan udaranya, yang sangat penting dalam menjaga wilayah udara negara tersebut.
Di antara kerugian tersebut adalah 9K35 Strela-10, sistem pertahanan udara jarak pendek yang dirancang untuk melindungi dari target yang terbang rendah seperti pesawat tanpa awak dan rudal.
Lalu sistem pertahanan udara 9K37M1 BUK-M1 juga hilang. Sistem ini sangat penting untuk mencegat ancaman yang terbang lebih tinggi dan lebih cepat seperti jet tempur dan rudal balistik.
Bersamaan dengan itu, penghancuran Pantsir S-1, sistem pertahanan udara modern yang menggabungkan rudal dan artileri, semakin melemahkan kemampuan Suriah untuk melawan serangan udara.
Kerugian kritis lainnya termasuk tiga peluncur sistem S-125 Pechora, yang menyediakan perlindungan wilayah udara dalam, serta dua belas senjata antipesawat swagerak ZSU-23-4 Shilka.
Secara keseluruhan, kerugian dalam sistem pertahanan udara ini menimbulkan kesenjangan operasional yang signifikan di wilayah-wilayah utama, sehingga semakin mempersulit pasukan Suriah untuk mempertahankan diri dari serangan udara. (RBS)