AIRSPACE REVIEW – Indonesia telah menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan kelompok BRICS yang terdiri dari negara-negara ekonomi berkembang utama. BRICS menyumbang 35% dari output ekonomi global.
Langkah bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS, sebagai sarana untuk memperkuat negara-negara berkembang, kata Kementerian Luar Negerinya Republik Indonesia dalam sebuah pernyataannya.
Menteri Luar Negri Republik Indonesia Sugiono pada Kamis malam di Kazan, Rusia menyatakan, proses untuk bergabung dengan BRICS telah dimulai.
Ia menambahkan bahwa bergabungnya Indonesia ke BRICS sebagai perwujudan dari politik luar negeri Indonesia yang bebas-aktif.
“Indonesia bergabung dengan BRICS merupakan perwujudan dari kebijakan luar negerinya yang bebas-aktif. Hal ini tidak berarti kita bergabung dengan blok tertentu, tetapi kita berpartisipasi aktif dalam setiap forum,” ujar Sugiono dikutip Reuters.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto yang baru menjabat sebagai Presiden ke-8 Republik Indonesia menegaskan bahwa Indonesia berteman dengan semua negara, baik itu China maupun Amerika Serikat dan Indonesia tidak akan bergabung dengan blok militer mana pun.
Berulang Prabowo menyebut bahwa seribu kawan terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak.
Sugiono menambahkan, BRICS sesuai dengan program utama pemerintah Prabowo Subianto terutama yang berkaitan dengan ketahanan pangan dan energi, pengentasan kemiskinan, dan pengembangan sumber daya manusia.
Disebutkan bahwa BRICS sebagai salah satu kendaraan untuk memajukan kepentingan negara-negara di belahan bumi selatan.
Sementara itu Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, lebih dari 30 negara telah menyatakan keinginan untuk bergabung dengan BRICS.
Anggota BIRS saat ini termasuk Brasil, China, Mesir, Ethiopia, India, Iran, Rusia, Afrika Selatan, dan Uni Emirat Arab.
KTT BRICS Plus 2024 dilaksanakan di Kazan pada 22-24 Oktober. (RNS)