AIRSPACE REVIEW – Departemen Pertahanan AS (US DoD) telah memberikan kontrak kepada perusahaan Boeing untuk penyediaan dan pengiriman bom pintar JDAM (Joint Direct Attack Munition), serta pekerjaan pengujian dan integrasi untuk Laser JDAM.
Kontrak untuk program Penjualan Militer Asing (FMS) bernilai 600 juta dolar AS tersebut akan diperuntukkan bagi tiga negara di Asia Tenggara, yakni Indonesia, Filipina, dan Singapura.
Tidak ada jumlah atau jangka waktu pengiriman yang diberikan karena kontraknya bersifat tidak terbatas jumlah dan pengirimannya, APDJ mewartakan (7/10).
JDAM atau Amunisi Serangan Langsung-Gabungan adalah bom berpemandu GPS yang di lengkapi dengan pemandu laser dan inersia.
Bom buatan Boeing ini merupakan jenis bom udara ke permukaan (air-to-surface) yang diluncurkan dari beragam pesawat tempur Barat.
Selama menuju target, komputer mengatur sirip pengendali di ujung bom. Secara teoretis, kemungkinan luputnya bom jenis ini dari sasaran hanya satu-dua meter.
Adapun target efektif untuk bom jenis ini adalah sasaran darat yang diam seperti bunker pertahanan musuh, gudang persenjataan maupun logistik, juga perangkat komunikasi musuh.
Varian utama JDAM yakni untuk bom 2,000 lb (900 kg) seperti seri GBU-31, lalu bom 1,000 lb (450 kg) seri GBU-32, dan bom 500 lb (225 kg) seri GBU-38. (RBS)