AIRSPACE REVIEW – Pada awal tahun 1960-an, muncul persaingan di antara industri kedirgantaraan dunia untuk menghasilkan pesawat penumpang dengan kecepatan terbang supersonik atau melebihi kecepatan suara.
Saat itu Inggris bermitra dengan Prancis mengembangkan jet Concorde, lalu Uni Soviet mengembangkan Tupolev Tu-144 Charger, dan Amerika Serikat dengan proyek SST-nya.
Khusus membahas SST, proyeknya diumumkan oleh Presiden AS JF Kennedy. Ia memperkenalkan program Transportasi Supersonik Nasional pada 5 Juni 1963 dalam pidatonya di Akademi Angkatan Udara AS.
Mega proyek ini diminati oleh pabrikan pesawat Boeing, Lockheed, North American dan Curtiss-Wright. Sementara tender untuk mesinnya diikuti oleh General Electric dan Pratt & Whitney.
Konsep dasar di balik SST adalah bahwa penerbangannya yang cepat akan memungkinkan mereka untuk terbang lebih banyak daripada pesawat subsonik, yang mengarah ke pemanfaatan lebih tinggi.
Namun, hal ini dilakukan dengan harus mengorbankan penggunaan bahan bakar yang sangat meningkat. Jika biaya bahan bakar berubah secara dramatis, dipastikan SST tidak akan kompetitif.
Berjalannya waktu, akhirnya Boeing terpilih dengan desainnya 2707 SST dengan penggunaan konfigurasi sayap ayun (geometri variabel), sedangkan Lockheed menawarkan desain CL-823 bersayap delta.
Kedua perusahaan diminta mengajukan proposal yang jauh lebih rinci, untuk disajikan dalam proses seleksi akhir tahun 1966.
Ketika ini terjadi, desain Boeing disebut sebagai Model 733-390 dan Lockheed dengan kode L-2000. Keduanya disajikan pada bulan September 1966 bersama dengan mockup skala penuh.
Setelah peninjauan yang panjang, desain Boeing diumumkan sebagai pemenang pada 1 Januari 1967. Desain tersebut akan didukung oleh mesin General Electric GE4/J5 .
Meskipun Lockheed L-2000 dinilai lebih sederhana untuk diproduksi dan kurang berisiko, kinerjanya sedikit lebih rendah dan tingkat kebisingannya sedikit lebih tinggi.
Boeing 2707 (Model 733-390) menawarkan tempat duduk 250 hingga 300 penumpang dengan pengaturan tempat duduk 3-3 baris atau 2-3-2 baris di bagian terlebarnya.
Kecepatan jelajah sekitar 3 Mach dengan jangkauan sekitar 3.900 km.
Pesawat ini dimaksudkan untuk menjadi jauh lebih besar dan lebih cepat daripada desain pesawat angkut supersonik pesaingnya seperti British Aircraft Corporation/AĆ©rospatiale Concorde dan Tupolev Tu-144 Charger.
Pada bulan Oktober 1969, terdapat pesanan 122 Boeing 2707 SST oleh 26 maskapai penerbangan, termasuk di antaranya Alitalia, Canadian Pacific Airlines, Delta Air Lines, Iberia, KLM, Northwest Airlines, dan World Airways.
Kala itu, Boeing merencanakan pembangunan prototipe SST akan dimulai pada awal 1967 hingga 1969, dengan penerbangan perdananya di akhir 1972 dan sertifikasi pada pertengahan tahun 1974.
Namun dengan semakin meningkatnya biaya pengembangan, masalah lingkungan, kebisingan (sonic boom), dan kurangnya pasar yang jelas menyebabkan pembatalannya pada tahun 1971 sebelum dua prototipe 2707 SST selesai dibuat.
Pada tahun 1970-an dugaan potensi kerusakan ozon yang serius dan kekhawatiran ledakan sonik diangkat oleh Sierra Club, National Wildlife Federation dan Wilderness Society .
Penerbangan supersonik di daratan Amerika Serikat akhirnya dilarang, dan beberapa negara bagian menambahkan pembatasan tambahan atau melarang jet Concorde sepenuhnya.
Pada akhirnya, layanan penumpang supersonik tidak kompetitif secara ekonomi, dan berhenti dengan pensiunnya seluruh Concorde di tahun 2003.
Pada 2024, tidak ada pesawat supersonik komersial yang beroperasi di dunia, sebagian besar disebabkan oleh buruknya penghematan bahan bakar dan tingginya biaya perawatan pesawat. (RBS)