Walau telah mengakuisisi jet tempur F-16AM/BM, Angkatan Udara Argentina dinilai masih mengkhawatirkan

F-16 DenmarkAd Jan Altevogt

AIRSPACE REVIEW – Pemerintah Argentina pada April 2024 secara resmi mengakuisisi 24 jet tempur F-16AM/BM bekas pakai Angkatan Udara Denmark (RDAF) senilai 300 juta dolar AS. Penandatanganan pembelian pesawat dilakukan oleh Menteri Pertahanan Argentina Luis Petri.

RDAF mengganti peran armada F-16AM/BM-nya dengan jet tempur siluman F-35 baru. Penjualan F-16 yang berusia hampir 40 tahun dan telah diperbarui secara teknologi tersebut kepada Argentina diharapkan akan meningkatkan kekuatan Angkatan Udara Argentina (FAA).

Denmark saat ini masih memiliki 41 F-16AM/BM di mana sebagian di antaranya akan disumbangkan ke Ukraina.

Dengan pembelian jet F-16 ini, Argentina akan menjadi bagian dari keluarga F-16 global, kata Menteri Pertahanan Denmark Troels Lund Poulsen saat itu.

Denmark tidak menyebutkan kapan penyerahan jet tempur F-16 ke Argentina akan dilakukan, namun dipastikan dalam tahun-tahun mendatang.

Denmark telah memesan 27 jet tempur F-35A. Peralihan secara keseluruhan jet F-16 ke F-35 akan dilakukan Angkatan Udara Kerajaan Denmark (RDAF) pada akhir tahun 2025.

Pada bulan Maret lalu, Poulsen mengunjungi Argentina dan menandatangani surat niat untuk menjual beberapa jet F-16 Denmark. Kesepakatan ditandatangani di Pangkalan Angkatan Udara Denmark.

Sementara itu, walau FAA akan dilengkapi dengan 24 F-16AM/BM bekas pakai RDAF, portal pertahanan UK Defence Journal (UKDJ) menilai FAA masih belum dapat secara signifikan mengubah keseimbangan strategis di Atlantik Selatan.

Dikatakan bahwa walau pesawat F-16 yang akan diterima oleh FAA adalah pesawat hasil modernisasi, kekuatan militer Argentina tetap dibatasi oleh kombinasi peralatan yang sudah usang, sumber daya ekonomi yang langka, dan kendala diplomatik.

Situasi Angkatan Bersenjata Argentina rumit, dipengaruhi oleh kemunduran selama beberapa dekade, di mana kemampuan udara dan laut tidak memenuhi standar modern.

Analisis tersebut merinci bahwa sebelum kesepakatan untuk mengakuisisi F-16, FAA nyaris tidak mampu memelihara beberapa pesawat operasional, setelah memensiunkan armada pesawat Mirage dan sebagian besar A-4 Skyhawk-nya tidak beroperasi.

Situasi tidak membaik secara signifikan dengan kedatangan F-16, karena kapasitas untuk memelihara dan memodernisasi pesawat ini terbatas akibat anggaran pertahanan yang ketat di mana anggaran sangat berorientasi untuk menutupi biaya personel, sehingga hanya menyisakan sedikit ruang untuk akuisisi dan pemeliharaan peralatan.

Artikel tersebut menyoroti bahwa meskipun ada pembicaraan tentang kemungkinan memperoleh peralatan militer modern senilai 2 miliar USD, inisiatif ini tampaknya “tidak realistis” dalam konteks kendala ekonomi yang dihadapi negara tersebut.

Selain kendala keuangan, kendala diplomatik signifikan juga menjadi sandungan yang dihadapi Argentina. Sebab, F-16 buatan AS pada setiap penggunaannya memerlukan persetujuan AS, terutama dalam hal pemeliharaan dan pasokan suku cadang.

Ketergantungan ini membuat Argentina tidak mungkin dapat mengerahkan pesawat ini dalam konfrontasi potensial dengan pasukan Inggris tanpa menghadapi kendala besar, tulis UKDJ.

Dari sudut pandang praktis, artikel tersebut menunjukkan bahwa Kepulauan Falkland/Malvinas yang terletak sekitar 480 km dari pantai Argentina di perairan Atlantik Selatan tidak stabil. (RNS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *