AIRSPACE REVIEW – Angkatan Udara Ukraina telah berhasil menggunakan bom GBU-62 Joint Direct Attack Munition-Extended Range (JDAM-ER) pasokan Amerika Serikat untuk menghancurkan sebuah jembatan di Kursk Rusia.
Bom GBU-62 JDAM-ER tersebut dilepaskan oleh jet tempur MiG-29 Fulcrum milik Angkatan Udara Ukraina.
Serangan strategis terhadap penyeberangan jembatan di wilayah Kursk ini diunggah dalam sebuah video yang dirilis oleh Angkatan Udara Ukraina pada 30 Agustus 2024.
Jembatan tersebut berhasil dihancurkan hingga mengganggu pergerakan pasukan dan memperlambat jalur logistik militer Rusia yang tengah berperang di Kursk.
Mengenai GBU-62 JDAM-ER, bom ini diproduksi oleh Boeing Defense, Space & Security, adalah amunisi berpemandu presisi yang kuat yang mengubah bom konvensional menjadi senjata serang segala cuaca yang sangat akurat.
Dengan penambahan perangkat kit berpemandu GPS dan strakes aerodinamis, memperluas jangkauan bom ini secara signifikan, memungkinkan pertempuran jarak jauh yang mengurangi risiko bagi pesawat pembawanya.
Kemampuan ini, dikombinasikan dengan Sistem Navigasi Inersia (INS) berbantuan GPS, memastikan bahwa bom dapat mengenai target dengan presisi luar biasa, menjadikannya alat yang sangat diperlukan dalam pertempuran modern.
GBU-62 JDAM-ER mengubah bom Mark 84 standar yang beratnya sekitar 900 kg, menjadi amunisi berpemandu.
Bom Mark 84 ini dikenal karena ledakannya yang besar, dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada berbagai target, termasuk bangunan berbenteng, jembatan, dan instalasi militer.
Ketika dipasangkan dengan sistem pemandu, bom ini menjadi lebih mematikan, mampu menghancurkan target bernilai tinggi dengan presisi sambil meminimalkan kerusakan tambahan, menjadikannya aset penting dalam operasi strategis dan taktis.
Mengintegrasikan amunisi Barat yang canggih tersebut ke dalam MiG-29 buatan Timur menghadirkan tantangan teknis yang substansial.
Untuk mengatasi tantangan ini, para insinyur dan teknisi militer Ukraina melakukan modifikasi ekstensif.
Sistem avionik MiG-29 ditingkatkan untuk berinteraksi dengan sistem senjata Barat, kemungkinan melibatkan komputer misi baru yang mampu menangani protokol komunikasi NATO dan mengelola sistem pemandu presisi bom seperti JDAM-ER.
Selain itu, tiang gantungan senjata dimodifikasi untuk membawa amunisi NATO, yang memerlukan penyesuaian pada struktur fisik serta koneksi listrik dan tautan data.
Perangkat lunak yang mampu memasukkan dan memproses data target, termasuk koordinat GPS, juga diintegrasikan atau dikembangkan, memungkinkan pilot Ukraina memprogram bom GBU-62 JDAM-ER untuk serangan presisi tinggi. (RBS)