AIRSPACE REVIEW – India dan Rusia dilaporkan sedang memulai pembahasan produksi bersama jet tempur Su-30 untuk pasar ekspor global. Perkembangan ini berpotensi menjadi pengubah permainan bagi profil ekspor pesawat tempur kedua negara.
Seperti diketahui, Rusia telah berjuang untuk mempertahankan ekspor pesawat tempurnya di tengah sanksi ekonomi yang diberlakukan Barat. Sementara India masih kesulitan untuk mendapatkan pelanggan asing bagi pesawat tempur buatan dalam negerinya, yaitu Tejas, tulis The Diplomat.
Diskusi mengenai rencana ini sedang dilaksanakan oleh perusahaan kedirgantaraan milik negara India, Hindustan Aeronautics Limited (HAL) dengan perwakilan dari Rusia.
Dikatakan bahwa dengan daftar panjang calon pelanggan untuk pesawat tempur Su-30 yang diproduksi bersama, implikasi dari kesepakatan ini bagi kedua negara sangat signifikan.
India merupakan salah satu negara terbesar pengguna produk Rusia, meneruskan Uni Soviet terdahulu.
Kementerian Pertahanan India pada 1998 pertama kali memesan jet tempur Su-30MKI. Pesanan diawali dengan 10 unit sebelum kemudian memesan lagi dalam jumlah besar sebanyak 140 jet tempur pada tahun 2000.
Berikutnya pesanan ditambah lagi 40 unit pada tahun 2007 dan 42 jet lagi pada tahun 2012. Pesanan yang terus berlanjut ini telah meningkatkan jumlah armada Su-30MKI Angkatan Udara India (IAF) menjadi lebih dari 260 unit. Pesawat-pesawat ini menjadi tulang punggung IAF yang mengisi 12 dari 24 skadron jet tempurnya.
India terakhir dilaporkan melakukan pesanan lagi pada bulan Juni 2020, sehingga total Su-30MKI pesanan menjadi 284 unit.
India telah mampu merakit pesawat tempur Soviet dan Rusia di bawah lisensi selama beberapa dekade, dengan pengaturan seperti itu tidak jarang terjadi, mulai dari perakitan MiG-29 Korea Utara hingga produksi Su-27 China pada tahun 1990-an.
Meski begitu, hubungan India dengan program Su-30 telah lama luar biasa. Faktor penting tidak hanya mencakup skala pesanan India, tetapi juga sejauh mana desain pesawat telah dibentuk oleh persyaratan India.
Varian Su-30MKI India memadukan teknologi dari pesawat tempur superioritas udara Su-27M dan Su-37 yang dibatalkan, termasuk penggunaan radar N011M Su-37, serta canard yang dikendalikan Su-27M, mesin AL-31FP, dan nozel vektor dorong axisymmetric.
Ketika mulai beroperasi di IAF pada tahun 2002, Su-30MKI secara luas dianggap sebagai pesawat tempur paling mumpuni di dunia dan jauh lebih canggih daripada pesawat tempur mana pun yang mampu dibeli Rusia untuk angkatan udaranya sendiri.
Prestasi penting termasuk menjadi pesawat tempur operasional pertama di dunia dengan mesin vektor dorong untuk meningkatkan kemampuan manuver, memiliki jangkauan terjauh, dan menjadi pesawat tempur pertama yang diekspor dengan radar array yang dipindai secara elektronik.
Saat ini, pesawat tempur Su-30MKI telah dirakit di Nashik, dekat pantai barat India. Selama lebih dari dua dekade sekitar 400 perusahaan India telah memasok komponen untuk Su-30 untuk kelangsungan hidup mereka. Sementara ratusan perusahaan lain memperoleh keuntungan besar darinya.
Bagi Rusia, produksi bersama Su-30 di India untuk ekspor berpotensi memungkinkan industri pesawat tempurnya melewati CAATSA dari Amerika Serikat dan menarik lebih banyak pelanggan yang jika tidak akan terhalang untuk memperoleh pesawatnya. Ini jauh dari belum pernah terjadi sebelumnya.
India dan Rusia bersama-sama mendirikan perusahaan BrahMos Aerospace pada bulan Desember 1995, yang menghasilkan turunan rudal jelajah Soviet P-800 yang lebih baik yang dikembangkan untuk digunakan oleh Angkatan Bersenjata India, termasuk varian yang diluncurkan dari darat, laut, dan udara.
Hal ini memungkinkan Rusia untuk menghindari pembatasan Rezim Kontrol Teknologi Rudal dalam memasok rudal jarak jauh yang diluncurkan dari darat kepada India, sekaligus mendorong India untuk melakukan akuisisi dalam skala yang lebih besar karena manfaatnya bagi industri lokal.
Namun, manfaat yang lebih baru adalah bahwa rudal ini tidak tunduk pada pembatasan CAATSA. Hal ini memungkinkan sistem rudal tersebut untuk mendapatkan minat yang lebih besar dari pelanggan yang jauh lebih luas. (RNS)
Asal ada duitnya, rencana 180 unit Sukhoi era Menhan periode 2009-2014 jika tidak bisa dari Rusia karena CAATSA alternatif lain bisa lirik ke India