CEO Eurofighter membenarkan minat Turkiye untuk membeli 40-50 jet tempur Typhoon, tapi Jerman tidak menghendakinya

Eurofighter TyphoonAFP

AIRSPACE REVIEW – CEO Eurofighter Giancarlo Mezzanatto membenarkan bahwa Turkiye berminat untuk membeli jet tempur Typhoon. Namun niat tersebut terhalang oleh Jerman sebagai salah satu negara konsorsium Eurofighter yant tidak menghendakinya.

Pernyataan Mezzanatto tersebut dikutip oleh Euronews pada hari Minggu, lebih dari dua minggu setelah Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan meminta Kanselir Jerman Olaf Scholz untuk mencabut blokade penjualan Typhoon ke Ankara.

Seperti diketahui, Typhoon dibuat oleh konsorsium Eurofighter yang terdiri dari Jerman, Inggris, Italia dan Spanyol melalui perusahaan Airbus, BAE Systems, dan Leonardo.

Turki memilih untuk mengakuisisi Typhoon setelah proses yang panjang untuk memperoleh jet tempur F-16 dari Amerika Serikat tersebut dan terus menerus mengalami penundaan.

Pada November tahun lalu, Turkiye mengumumkan sedang melakukan pembicaraan dengan Inggris dan Spanyol untuk membeli 40 Typhoon, namun Jerman menentangnya.

Sementara itu Amerika Serikat akhirnya menyetujui penjualan 40 jet tempur F-16 generasi berikutnya dari Lockheed Martin dan 79 kit pada awal tahun ini untuk memodernisasi armada Turkiye yang ada dengan taksiran nilai mencapai 23 miliar USD.

Lampu hijau penjualan tersebut muncul setelah Ankara secara resmi meratifikasi keanggotaan Swedia di NATO.

Namun, meskipun ada kemajuan dalam penjualan F-16, para pejabat mengatakan Turkiye tetap tertarik pada Typhoon.

Mezzanatto membenarkan bahwa Turkiye bermaksud membeli 40 hingga 50 unit Typhoon.

Dalam pertemuan di sela-sela KTT NATO bulan ini di Washington, Erdoğan meminta Scholz untuk mengakhiri larangan penjualan tersebut.

Mezzanatto berpendapat bahwa blokade yang dilakukan oleh Jerman terkait dengan aktivitas eksplorasi gas alam Turkiye di Mediterania Timur.

Laut tersebut telah lama menjadi penyebab utama ketegangan antara Turkiye dan Yunani, selain perselisihan mengenai Siprus dan kedaulatan wilayah di Laut Aegea.

Namun, dalam beberapa bulan terakhir, kedua belah pihak telah mengambil langkah-langkah membangun kepercayaan menuju normalisasi yang rapuh.

Meskipun menerima 69 pesanan sejak pengangkatannya pada Mei lalu, Mezzanatto menegaskan kembali targetnya pada Juni 2023 untuk menjual 150-200 jet Typhoon dalam waktu dua tahun.

Pada September 2023, konsorsium menjual 25 jet ke Spanyol, 20 ke Jerman, dan 24 ke Italia.

Selain itu, Mezzanatto menyebutkan kemajuan dalam penjualan 48 jet ke Arab Saudi setelah pencabutan embargo senjata oleh Jerman dan mencatat bahwa Polandia membutuhkan setidaknya 32 pesawat tempur ini. (RNS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *