AIRSPACE REVIEW – Amerika Serikat menduga Korea Utara berkemungkinan akan mengirim pasukannya untuk membantu pasukan Rusia di wilayah pendudukan di Ukraina.
Hal ini sebagai implementasi dari perjanjian bantuan timbal balik kedua negara yang telah ditandatangani beberapa hari lalu oleh Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Pyongyang.
Perjanjian tersebut menyerukan Pyongyang untuk mengirim pasukan konstruksi dan teknik ke wilayah Ukraina yang diduduki Rusia untuk pekerjaan pembangunan kembali.
Juru Bicara Pentagon Mayjen Angkatan Udara Pat Ryder menyayangkan bila hal itu dilakukan oleh Korea Utara.
“Terlepas dari apa yang mereka lakukan atau ke mana mereka pergi, pasukan tersebut hanya akan menjadi umpan meriam,” ujar Ryder pada hari Selasa dikutip Reuters.
Ryder menandaskan bahwa Pyongyang harus berpikir dua kali untuk ikut berperang di Ukraina.
“Ini tentu saja merupakan sesuatu yang harus diwaspadai,” ujarnya.
“Saya pikir jika saya adalah manajemen personel militer Korea Utara, saya akan mempertanyakan pilihan saya untuk mengirimkan pasukan saya sebagai umpan meriam dalam perang ilegal melawan Ukraina. Dan kami telah melihat jenis korban yang ditimbulkan oleh pasukan Rusia – tetapi sekali lagi, ini adalah sesuatu yang harus kami waspadai,” tambah Ryder.
Sejauh ini Korea Utara telah mengirimkan peluru artileri dan rudal ke Rusia. Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa keahlian Rusia mungkin digunakan untuk membantu pengembangan lebih lanjut rudal balistik dan senjata nuklir Pyongyang – serta senjata dan teknologi lainnya.
Bahkan mengirim sejumlah besar pekerja untuk mendirikan benteng dan membangun kembali infrastruktur militer penting di wilayah pendudukan akan menjadi masalah bagi Ukraina. AS menduga, hal ini telah dilakukan oleh Korea Utara sejak tahun lalu.
Agustus lalu, pembawa acara bincang-bincang Rusia mengklaim bahwa 100.000 sukarelawan Korea Utara siap membantu Rusia di Ukraina. (RNS)