AIRSPACE REVIEW – Keinginan Angkatan Udara AS (USAF) untuk memperpanjang umur pakai pembom strategis Boeing B-52H Stratofortress akan terwujud paling cepat dalam sepuluh tahun ke depan.
Pasalnya, penggantian mesin lama TF-33 dengan mesin turbofan baru Roll-Royce F130 diperkirakan baru akan selesai pada tahun 2033, mengacu pada dokumen CERP (Commercial Engine Replacement Program).
Selain menjalani CERP, pembom B-52H juga akan menjalani RMP (Radar Modernization Program) yaitu mengintegrasikan radar APG-79 AESA, yang sejauh ini masih mengalami penundaan karena masalah keuangan.
Radar APG-79 serupa dengan yang digunakan pada pesawat tempur F/A-18E/F Super Hornet akan menggantikan radar lama B-52 yakni APQ-166.
Sebanyak 76 pesawat pembom B-52H USAF yang akan ditingkatkan telah terkena dampak penundaan kemampuan operasional awal (IOC), menurut sebuah laporan pemerintah.
Saat ini Boeing dan Rolls-Royce sedang mengembangkan prototipe virtual pesawat tersebut, yang akan menerima mesin baru, tampilan kabin baru, dan radar baru.
Jadwal baru ini memerlukan tinjauan kritis terhadap proyek tersebut pada Agustus 2025 dan dikontrak tiga bulan kemudian.
Keputusan produksi tingkat rendah diharapkan dapat dilaksanakan pada bulan November 2028 dan uji operasional dapat dilakukan pada bulan April 2032.
USAF telah memutuskan untuk memensiunkan pesawat pengebom B-1B Lancer dan B-2A Spirit, namun tetap mempertahankan armada besar B-52.
Pembom B-52 dinilai mampu melakukan misi konvensional dan nuklir dan diperkirakan akan tetap beroperasi hingga tahun 2050 setelah dilakukan peningkatan.
Pesawat ini akan beroperasi bersama pembom B-21 Raider baru dan pembom siluman generasi ke-6 yang dikembangkan oleh Northrop Grumman. (RNS)