AIRSPACE REVIEW – Berdasarkan rekaman yang telah dipublikasikan oleh Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) pada 1 Mei, untuk pertama kalinya pesawat pembom H-6K menjatuhkan rudal balistik yang diluncurkan dari udara (ALBM) jenis 2PZD-21.
Rudal tersebut merupakan bagian dari persenjataan rudal aero-balistik China yang dikenal sebagai senjata ‘pembunuh kapal induk’. Dirancang untuk digunakan sebagai bagian dari strategi anti-access/area denial (A2/AD) negara tersebut.
Mengenai 2PZD-21 adalah jenis rudal baru yang dipamerkan secara publik selama Airshow China di Zhuhai pada November 2022.
Diperkirakan rudal ini selain untuk menyerang kapal perang besar, juga sanggup membabat target strategis di darat.
Alasan ini dikarenakan pesawat pembom.H-6K pada dasarnya adalah platform serangan darat, yang bertugas di Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat, bukan dioperasikan oleh cabang penerbangan angkatan laut..
Rudal 2PZD-21 China ini dianggap mirip perannya seperti Kinzhal Rusia, senjata hipersonik yang diluncurkan dari jet tempur kelas berat MiG-31K.
Pengembangan 2PZD-21 sendiri, mungkin berasal dari senjata berbasis darat. Secara khusus, memiliki kemiripan yang dekat dengan rudal balistik antikapal (ASBM) berbasis darat CM-401.
Rudal CM-401 ini diluncurkan oleh truk atau kapal juga mampu mencapai target darat statis dan dikatakan memiliki kecepatan terminal antara Mach 4 hingga Mach 6.
Seperti dilansir oleh The War Zone, terlepas dari target yang ditetapkan (apakah permukaan laut atau permukaan darat), 2PZD-21 merupakan tambahan dari persenjataan rudal China yang semakin berkembang dan semakin beragam.
Rudal balistik yang diluncurkan dari udara memberikan ancaman yang sangat sulit, baik terhadap operator pertahanan udara di darat, atau operator yang bertugas melindungi kapal perang.
Dengan potensi kecepatan terminal hipersonik yang umum terjadi pada rudal balistik, ALBM kemungkinan akan meluncur menuju targetnya dengan sudut kemiringan yang curam.
Dengan asumsi bahwa mereka dapat menyerang kapal perang yang bergerak, maka mereka juga akan mampu melakukan manuver secara dinamis selama fase serangan terminal, sehingga lebih sulit untuk dilawan oleh pertahanan udara berbasis darat. -RBS-