AIRSPACE REVIEW – Juru Bicara Angkatan Udara Ukraina, Ilia Yevlash, menginformasikan pada 11 April 2024, tentang pelatihan pilot Ukraina yang akan mengoperasikan jet tempur F-16 di Denmark dan Amerika Serikat. Fokus mereka pada tugas-tugas seperti menargetkan drone kamikaze Shahed-136 dan drone serang Shahed-238 buatan Iran yang digunakan pasukan Rusia.
Lebih jauh, para pilot F-16 Ukraina tersebut juga akan dilatih untuk menghadapi rudal jelajah milik Rusia yang masuk ke wilayah udara Ukraina.
Menurut Yevlash, tahap akhir latihan ini juga melibatkan latihan serangan presisi terhadap sasaran kecil. Secara teknis, jet tempur F-16 bisa mencegat drone kamikaze Shahed-136.
Namun, sifat drone yang relatif murah dan dapat dibuang (sekali pakai) seperti Shahed-136 menimbulkan tantangan unik yang mungkin tidak membenarkan penggunaan jet tempur bernilai tinggi untuk intersepsi.
Tingkat intersepsi F-16 terhadap drone bisa mendekati keberhasilan 98 persen, tapi upaya seperti itu tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang.
Biaya penggunaan jet tempur dan rudal canggih yang digunakan untuk intersepsi drone jauh lebih tinggi dibandingkan dengan biaya unit drone Shahed-136 yang murah, dipertanyakan kelayakan strategi intersepsi tersebut dalam jangka panjang.
Alternatif yang lebih murah, seperti sistem antipesawat berbasis darat seperti Viktor MR-2 menggunakan kanon antipesawat atau sistem peperangan elektronik untuk mengganggu sinyal kendali drone, telah diterapkan secara efektif di Ukraina, ini lebih masuk akal.
Di luar itu, proses pengiriman jet F-16 ke Ukraina masih dalam tahap negosiasi, dan rinciannya didiskusikan secara rahasia oleh pihak-pihak yang terlibat. Meskipun demikian, terdapat kemajuan dalam dukungan internasional terhadap kemampuan udara Ukraina.
Norwegia misalnya, telah diberi izin oleh Amerika Serikat untuk mentransfer 22 jet F-16 ke Ukraina pada 11 April 2024. Inisiatif ini merupakan bagian dari perjanjian yang lebih besar dengan Belanda dan Denmark untuk memasok total 65 unit F-16 ke Ukraina. (RBS)