AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Hasil inovasi Litbang Pussenarmed yang mengembangkan sistem peninjau berbasis PTTA (Pesawat Terbang Tanpa Awak) telah menjadi trobosan dalam pengembangan mendukung kesisteman Armed (Artileri Medan).
Kendaraan udara tak berawak alias drone ini digunakan sebagai alat Mata Armed (The Eye of Artillery).
Kegiatan uji penerbangan perdana PTTA dilaksanakan di lapangan tembak Pussenarmed Batujajar pada 30 November 2023 dan merupakan lanjutan dari tahap I yang dilaksanakan November 2022, tahun lalu, dikutip dari pemberitaan Pussenarmed.
PTTA ini dikembangkan lagi atas dasar kebutuhan taktis dan teknis serta kedepannya akan dijadikan alternatif sistem pencari atau penemu sasaran dan hasil evaluasi dari lanjutan tahap I yang dinilai perlu ditambah spesifikasi dan kemampuannya.
Seperti diketahui, tugas pokok satuan Armed yaitu menyelenggarakan Intelijen Pertempuran dan memberikan bantuan tembakan, serta melaksanakan ‘artillery strike’ sehingga PTTA ini memiliki poin urgensi yang tinggi.
Hasil dari uji, menunjukkan PTTA tersebut terbang mencapai ketinggian lebih dari 400 m dan daya jelajah sejauh 147 km.
Data yang didapat pada uji kali ini nantinya akan dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan uji sertifikasi Litbang pada TA 2024 nanti.
Sebelumnya, pada 29 November tahun 2022 lalu, di tempat yang sama, Dislitbang Pussenarmed telah menguji PTTA hasil kolaborasi dengan PT Nexin.
-RBS-
Bisa dijelaskan apa itu artillery strike ? Apa hanya mantau pengenaan artileri, atau ngasih koordinat, atau bisa ngasih laser guide ?