AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Rusia memiliki jet tempur canggih kelas menengah MiG-35 (NATO: Fulcrum-F). Pesawat sudah dilengkapi dengan radar AESA dan dapat membawa beragam peresenjataan mutakhir.
Belum lama ini beredar berita bahwa Moskow telah mengerahkan MiG-35 ke medan tempur udara di Ukraina.
Hal itu diungkapkan oleh Sergei Korotkov, Kepala Desainer di United Aircraft Corporation (UAC).
“Mengingat kejadian saat ini, khususnya (perang di Ukraina), pesawat ini sudah berpartisipasi dalam semua operasi yang sedang berlangsung. Uji terbang lebih lanjut belum selesai, dan kemudian Kementerian Pertahanan akan membuat keputusan akhir,” kata Korotkov kepada RIA Novosti.
Sejauh ini Rusia disinyalir masih menggunakan MiG-35 seri pra produksi.
Airspace Review pada 16 Mei lalu memberitakan, Kementerian Pertahanan Rusia pada tahun 2024 dijadwalkan akan mulai mengirimkan seri produksi MiG-35 yang juga sering disebut sebagai Super Fulcrum ini ke Angkatan Dirgantara Rusia (VKS).
Jet tempur canggih ini belum dikerahkan ke medan tempur Ukraina dan akan dikerahkan pada saatnya, bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia saat itu.
Para ahli Rusia mengatakan, Rusia membutuhkan armada MiG-35 untuk mengantisipasi konflik skala besar seperti yang terjadi di Ukraina saat ini.
Sebagai jet tempur kelas medium, kebutuhan akan MiG-35 dinilai cukup besar. Sebab, lazimnya di angkatan udara mana pun, jet tempur ringan multiperan akan berjumlah lebih banyak mencapai dua per tiga sebagai armada tempur reguler.
Sementara jumlah pesawat tempur kelas berat, umumnya adalah sepertiga dari jumlah kekuatan jet tempur yang dimiliki.
Unit jet tempur ringan digunakan untuk menjalankan sebagian besar misi sehari-hari.
Atas dasar itu pula produksi jet tempur MiG akan dihidupkan lagi oleh Moskow, walau pada kenyataannya Rusia lebih banyak mengerahkan Su-27 dan turunannya.
Enam prototipe
Rusia sendiri saat ini diduga baru memproduksi enam seri prototipe MiG-35 di mana pesawat ini kemudian digunakan oleh Tim Aerobatik Angkatan Dirgantara Rusia, Swifts.
Ditelaah dari rancangannya, MiG-35 memiliki banyak keunggulan.
Pertama, pesawat ini dapat membawa hampir semua persenjataan modern Rusia saat ini.
Sistem arsitektur terbuka diterapkan pada MiG-35 sehingga sangat adaptif dengan peningkatan sistem-sitem terbaru, baik avionik, radar, maupun senjata.
MiG-35 dilengkapi dengan radar AESA (Active Electronically Scanned Array) Zhuk-AM yang kompetitif dengan produk Barat.
Sejumlah sumber menyatakan, radar ini dapat mendeteksi target apapun dengan luas penyebaran efektif sekitar 5 m² pada jarak sekitar 225 km.
Ini berarti target udara dengan EPR (Effective Scattering Transverse) alias RCS (Radar Cross Section) 0,5 m² akan terdeteksi oleh radar Zhuk-AM MiG-35 pada jarak 80 mil (126 km).
Perusahaan mengatakan, MiG-35 dapat melacak hingga 30 target dan menyerang enam target secara bersamaan.
MiG-35 dengan batasan gravitasi +9G/-3G dapat terbang dengan kecepatan maksimum Mach 2,25 dan ketinggian terbang hingga 65.000 kaki.
Pesawat ditenagai oleh dua mesin turbofan Klimov RD-33MK afterburner.
Meningkatkan reputasi
Pengerahan jet tempur ke medan tempur merupakan pertaruhan yang sangat besar. Bila sukses akan mendongkrak reputasinya, namun sebaliknya bila gagal di medan tempur dapat mengurangi minat negara lain untuk mengakuisinya.
Rafale dari Prancis, pada tahun 2009 sempat akan dihentikan produksi massalnya karena minimnya minat negara lain terhadap jet tempur.
Namun setelah dikerahkan ke medan tempur Libia dan meraih kesuksesan di sana, jet tempur buatan Dassault Aviation ini menjadi primadona baru dan mendapatkan pesanan yang terus menerus dari berbagai negara.
-RNS-