AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Polandia tumbuh sebagai salah satu negara dengan kekuatan militer yang besar di kawasan Eropa Tengah. Khusus terkait matra udaranya, Angkatan Udara Polandia saat ini memiliki F-48 jet F-16C/D Fighting Falcon.
Polandia telah memesan 48 FA-50 Fighting Eagle dari Korea Selatan dan 32 F-35 Lightning II buatan Lockheed Martin yang akan datang mulai tahun depan.
Meski demikian, Polandia masih merasa belum tenang dengan kekuatan udara yang dimilikinya. Warsawa mengatakan, masih diperlukan dua skadron jet tempur tambahan untuk memperkuat Angkatan Udara Polandia.
Kebutuhan akan jet tempur sebanyak kurang lebih 32 unit ini, tulis Defense News, memicu persaingan dari para produsen pesawat tempur.
Sebelumnya, Boeing telah menawarkan F-15EX Eagle II. Pesawat dengan julukan “bomb truck” ini merupakan pengembangan dari jet tempur F-15E Strike Eagle dengan fungsi dominasi udara untuk menggantikan peran F-15C/D Eagle.
Selain Boeing, konsorsium Eurofighter juga menawarkan Typhoon kepada Warsama. Pesawat ini telah diproduksi hampir 600 unit dan digunakan oleh banyak negara Eropa.
“Kami memiliki 48 F-16. Kami telah memesan 32 (dua skuadron) F-35. Tahun depan, unit pertama akan berada di tangan pilot Polandia. Kami telah memesan 48 FA-50,” jelas Menteri Pertahanan Nasional Mariusz Błaszczak dalam wawancara dengan Radio Dla Ciebie, bulan lalu.
Tapi, kata dia, jumlah tersebut belumlah cukup.
“Kami membutuhkan setidaknya dua skuadron pesawat multiperan lagi,” lanjut dia seraya menambahkan bahwa saat ini pihaknya sedang mengkaji pesawat yang dibutuhkan.
Pengamat menilai, Boeing F-15EX akan menjadi pelengkap bagi F-35. Sebab, F-15EX dirancang untuk menguasai pertempuran udara ke udara, sebagai pesawat tempur dominasi udara.
Sementara bila Polandia memilih Typhoon, ini juga akan memberikan keuntungan bagi Polandia. Di luar performa pesawat yang juga unggul, Eurofighter memberikan tawaran yang lebih menarik dari sudut pandang industri di Polandia.
Disebutkan bahwa orang-orang Eropa biasanya lebih terbuka terhadap transfer teknologi, dan ini dapat memfasilitasi kerja sama mengenai proyek-proyek masa depan.
-RNS-