AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Ukraina diberitakan mulai menarik armada tank Leopard 2 dari garis depan pertempuran. Hal itu dilakukan karena banyak ranjau yang ditanam pasukan Rusia selain tank sumbangan Barat ini lebih mudah rusak serta membutuhkan waktu lebih lama untuk memperbaikinya dibandingkan tank Rusia.
Seperti ditulis Military Cognizance pada 11 Juli, kegagalan tank Leopard 2 di medan tempur Ukraina belum tentu karena kualitasnya yang buruk. Tank ini masih layak menjadi tank NATO yang paling modern.
Namun di luar itu, ada beberapa alasan yang mungkin menjadi penyebab kurang efektifnya tank kelas berat buatan Jerman tersebut dalam perang di Ukraina.
Pertama, ladang ranjau dan tembakan artileri pasukan Rusia menggunakan rudal-rudal antitank, serta penggunaan helikopter yang lebih masif. Sementara Ukraina tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menekan dan menutupi pasukan mekanik yang bergerak maju.
Kedua, tank Leopard 2 cukup kompleks dan mudah rusak, membutuhkan waktu perawatan yang jauh lebih lama dibandingkan tank Soviet dan Rusia, tulis portal tersebut.
Unit urusan logistik, Ukraina disebut tidak mampu membayar perbaikan besar tank Jerman di medan perang. Jika tank-tank itu mendapatkan masalah, mereka harus mengirimkannya ke Polandia untuk diperbaiki.
Ketiga, kebijakan penghargaan dari Kementerian Pertahanan Rusia maupun individu serta kelompok Rusia terhadap para tentara Rusia yang berhasil menembak senjata Barat, telah memotivasi mereka untuk memprioritaskan penyerbuan terhadap peralatan-peralatan dan sistem senjata buatan Barat. Tank Leopard 2 adalah salah satu sasaran yang paling diincar.
Hal ini senada dengan laporan media Rusia RIA Novosti yang mengutip pengakuan sejumlah tahanan Ukraina melaporkan. Mereka secara mengejutkan menyatakan merasa tidak aman ketika harus mengoperasikan kendaraan-kendaraan tempur sumbangan AS dan Barat. Sebab, kendaraan-kendaraan tempur tersebut jadi sasaran utama pasukan Rusia.
Hilangnya kendaraan tempur yang signifikan, termasuk tank di medan perang timur, telah mendorong Ukraina untuk mempertimbangkan kembali taktik serangan baliknya di saat pasukan bergantung pada bantuan dari luar negeri.
Faktanya, selama beberapa minggu terakhir ini serangan balik yang melibatkan tank buatan Barat telah berkurang.
Bisa jadi Kyiv telah mengubah taktik, membatasi kerugian kendaraan tempur berat seminimal mungkin untuk memungkinkan serangan balik skala besar yang dapat dilakukan di kesempatan berikutnya yang lebih pas.
-JDN-