AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Sepuluh tahun setelah Indonesia merdeka, tepatnya di tahun 1955, Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) mengirimkan sejumlah personelnya ke Inggris untuk belajar menerbangkan dan melakukan pemeliharaan pesawat jet pemburu baru yaitu de Havillan DH-115 Vampire.
Di bawah pimpinan Kapten Udara Roesmin, para penerbang AURI belajar bagaimana menerbangkan pesawat jet pertama TNI AU yang kala itu lebih populer dengan sebutan Pesawat Pancar Gas (PPG).
Menurut catatan dalam buku “Perjalanan dan Pengabdian, F. Djoko Poerwoko, 2000” para penerbang yang dikirim ke Inggris adalah Letnan Udara Pnb Sumitro, Letnan Udara Pnb Ignatius Dewanto, Letnan Udara Pnb Loely Wardiman, Letnan Udara Penerbang Roesman, dan Letnan Pnb Musidjan.
Para penerbang AURI yang dikirim ke Inggris tersebut semuanya lulus dalam pendidikan pesawat jet yang merupakan hal baru bagi AURI.
Pesawat-pesawat tersebut, sebanyak delapan unit, selanjutnya ditempatkan di Pangkalan Udara Andir, Bandung dan dimasukkan ke dalam satuan khusus yang disebut Kesatuan Pancar Gas (KPG).
Kedelapan pesawat yang didatangkan dalam keadaan terurai dan dirakit di Lanud Andir (kini Lanud Husein Sastranegara) Bandung tersebut bernomor registrasi J-701 hingga J-708
KPG diresmikan oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) pada tanggal 20 Februari 1956. KPG menjadi embrio bagi bagi berdirinya skadron tempur jet yang nantinya akan berkembang di TNI AU.
Diangkat sebagai Komandan KPG pertama adalah Letnan Udara I Leo Wattimena. Kalau kita perhatikan, Leo Wattimena bukan termasuk penerbang pertama yang dikirim AURI untuk berlatih di pesawat Vampire di Inggris.
Setelah Leo Wattimena yang menjabat Komandan Skadron XI (1956-1961), Komandan Skadron XI berikutnya adalah Roesman (1961-1963), Loely Wardiman (1963-1964), Musidjan (1964-1966), dan seterusnya.
Selain mengirimkan penerbangnya ke Inggris, AURI saat itu juga mengirimkan perwira teknik yang dipimpin oleh Letnan Udara Satu Kamarudin, dibantu oleh beberapa ahli teknik lulusan STUI I.
Perubahan dari KPG menjadi Skadron XI didasarkan pada Surat Keputusan KSAU Nomor 56 tanggal 20 Maret 1957.
Pada saat Skadron XI diresmikan tanggal 1 Juni 1957 di Pangkalan Udara Andir, Leo Wattimena masih menjabat sebagai Komandan Skadron dengan pangkat Kapten Udara.
Dalam mengoperasikan pesawat jet DH-115 Vampire, ada beberapa kejadian yang dialami oleh para penerbang AURI. Salah satunya adalah pesawat Vampire dengan registrasi J-702 yang keluar dari landasan ssaat melaksanakan latihan rutin.
Kemudian pesawat dengan registrasi J-707 mendarat darurat di sawah tanpa roda.
Pada sebuah upacara di tahun 1956, pesawat jet Vampire melakukan penerbangan formasi dengan tujuh pesawat.
Leo Wattimena menjadi Komandan Skadron XI sampai tahun 1961. Pada saat itu Skadron XI masih bermarkas di Lanud Andir dengan kekuatan 16 pesawat Vampire.
-Poetra-
Ternyata Bandung pernah jadi sarang pesawat tempur….. baru tahu