Masih ada sejumlah masalah, produksi jet latih T-7A Red Hawk ditunda hingga tahun 2025

T-7ABoeing Defense

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Jet Latih Lanjut Boeing T-7A Red Hawk masih mengalami sejumlah masalah sehingga produksi awal tingkat rendahnya (LRP) baru dapat dilaksanakan pada bulan Februari 2025.

Artinya, jet yang dikembangkan Boeing bersama Saab dari Swedia ini baru dapat diproduksi 6,5 tahun sejak Boeing memenangi kontrak awal penyediaan T-7A bari Angkatan Udara AS (USAF) tahun 2018 silam.

USAF menerangkan, mundurnya jadwal produksi T-7A diakibatkan oleh beberapa hal terkait keamanan pesawat yang belum selesai. Salah satunya adalah terkait masalah kursi lontarnya.

USAF menambahkan, pesawat pertama seri produksi baru dapat dikirimkan ke USAF paling cepat pada Desember 2025.

Penundaan produksi ini juga akan berakibat pada penundaan jadwal Kemampuan Operasional Awal (IOC) yang semula dijadwalkan pada tahun 2024. Kemungkinan besar, IOC baru dapat dicapai pada tahun 2026.

Dampak lainnya, USAF harus berinvestasi untuk memperpanjang masa pakai jet latih T-38 Talon yang telah digunakan selama 60 tahun.

T-38 Talon adalah pesawat yang akan segera dipensiunkan dan digantikan perannya oleh T-7A Red Hawk.

Akibat masalah tersebut, penggunaan T-38 harus diperpanjang. USAF pun harus mendanai modifikasi struktural T-38 dalam program Pacer Classic III bersama dengan peningkatan avionik pesawat.

USAF menggelontorkan 125,3 juta dolar AS untuk Tahun Anggaran 2024 terkait hal ini.

Seperti diketahui, USAF telah memilih T-7A Red Hawk sebagai jet latih lanjut pengganti T-38. Sebanyak 351 unit T-7A akan diakuisisi termasuk 46 unit simulatornya.

Dalam program terbarunya, USAF bahkan menyebut akan meningkatkan pesanan untuk T-7A Red Hawk hingga 475 unit.

-Poetra-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *