AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Getaran mesin menjadi penyebab dari jatuhnya F-35B di Fort Worth, Texas pada 15 Desember 2022. Peristiwa ini terjadi tiga tahun setelah peristiwa lainnya pada Maret 2020.
Hal itu dikatakan Kantor Program Gabungan F-35 dan Pratt & Whitney dalam sebuah keterangan menjawab pertanyaan Defense News.
Para ahli yang menyelidiki kejadian tersebut, menyimpulkan temuannya setelah melakukan penyelidikan selama empat bulan.
Dari temuan itu diputuskan bahwa mesin F-135 untuk F-35B membutuhkan prosedur pra-penerimaan tambahan untuk menguji dan menyaringnya. Dan bila perlu, mengambil tindakan untuk mengurangi masalah getaran yang ditemukan.
Masalah getaran pada mesin F-35B disebut sebagai resonansi harmonik. Peristiwa jatuhnya dan kemudian pesawat berputar di landasan, terekam jelas oleh video sebelum pilotnya melakukan eject dengan aman.
Kecelakaan itu menyebabkan penghentian sementara pengiriman mesin F135 baru dan penghentian produksi F-35 yang baru, saat itu.
Pada bulan Februari, militer dan Pratt & Whitney mengembangkan perbaikan jangka pendek yang memungkinkan pengiriman mesin ke pabrik F-35 Lockheed untuk dilanjutkan akhir bulan itu. Pengiriman pesawat tempur kemudian dilanjutkan pada 14 Maret.
Perbaikan itu adalah solusi mitigasi sementara yang memungkinkan pesawat terbang lagi, kata JPO dan Pratt.
Pratt & Whitney sebelumnya tidak mengungkapkan kepada publik kegagalan mesin sebelumnya, meskipun perusahaan mengakui insiden getaran lainnya.
JPO dan Pratt & Whitney menolak mengomentari tanggung jawab keuangan atas masalah getaran mesin dan kekacauan pengiriman yang terjadi kemudian.
Pentagon mengumumkan sebagai bagian dari peluncuran anggaran bulan ini bahwa mereka telah memutuskan untuk tetap menggunakan mesin F135 di F-35 dan meningkatkannya untuk mendapatkan lebih banyak tenaga dan pendinginan untuk menangani kemampuan tambahan yang direncanakan.
-Poetra-