MQ-20 Avenger, drone intai tempur GA-ASI yang tak diminati USAF

MQ-20 AvengerGA-ASI/Wikipedia

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Tidak seperti drone intai serang MQ-1 Predator dan MQ-9 Reaper (Predator B) sebelumnya, perusahaan General Atomics Aeronautical Systems inc. (GA-ASI) membekali drone barunya MQ-20 Avenger (Predator C) dengan mesin turbofan.

Selain itu, MQ-20 memiliki fitur siluman (stealth) lebih baik seperti penyimpanan senjata internal dan ‘knalpot’ berbentuk huruf S untuk mengurangi deteksi inframerah dan radar.

MQ-20 menggunakan senjata yang sama dengan MQ-9 dan membawa radar aperture sintetis (SAR) Lynx serta sistem penargetan elektro-optik (EOTS) F-35 Lightning II, yang disebut sistem Advanced Low-observable Embedded Reconnaissance Targeting (ALERT).

MQ-20 juga menggunakan infrastruktur pendukung darat yang sama dengan MQ-1 dan MQ-9, termasuk stasiun kontrol darat (GCS) dan jaringan komunikasi yang ada.

Kelebihan lain yang ditawarkan MQ-20 adalah memiliki kapasitas muatan sedikit lebih besar dan dapat terbang ke sasaran jauh lebih cepat dari pada MQ-9.

Penerbangan pertama prototipe (Tail 1) MQ-20 sukses dilaksanakan pada 4 April 2009 dari Fasilitas Operasi Penerbangan Bandara Grey Butte Field di Palmdale, California.

Disusul prototipe kedua MQ-20 (Tail 2) melakukan penerbangan pertamanya pada 12 Januari 2012, yang memenuhi semua sasaran kinerja dan menyempurnakan desain prototipe pertama.

Prototipe kedua ini menampilkan badan pesawat 120 cm lebih panjang untuk menampung muatan yang lebih besar hingga 1.600 kg dan lebih banyak bahan bakar.

Pada bulan Desember 2011, dilaporkan bahwa Angkatan Udara AS (USAF) telah memesan MQ-20 (Tail 1) untuk dikerahkan ke palagan di Afghanistan.

Pengumuman ini memicu desas-desus bahwa drone akan dikerahkan untuk memantau negara tetangga Afghanistan yakni Iran dan Pakistan.

Tuduhan ini muncul karena MQ-20 bersifat siluman, sementara ruang pertempuran di atas Afghanistan bebas dari rudal yang dipandu radar, serta senjata antipesawat lainnya.

Isu bergulir setelah dua minggu insiden drone intai siluman RQ-170 milik AS yang jatuh dan ditangkap oleh militer Iran di wilayahnya.

Namun, USAF kemudian memberikan klarifikasi bahwa MQ-20 dibeli hanya sebagai aset uji dan tidak dikirim ke Afghanistan.

Berjalannya waktu, setelah pengujian, USAF memutuskan bahwa MQ-20 yang mereka evaluasi hanya menawarkan peningkatan sederhana dibandingkan MQ-9 dalam hal kecepatan, muatan, dan pengurangan tanda jejak.

Akhirnya pada 15 Februari 2012, USAF resmi membatalkan program MQ-X-nya, yang seharusnya menemukan drone pengganti MQ-9 yang lebih mumpuni namun tidak sesuai yang diharapkan.

Meskipun tak berlanjut diakuisisi oleh USAF, GA-ASI mencoba menawarkan Avenger ke Central Intelligence Agency (CIA) sebagai drone pengintaian.

GA-ASI juga berusaha menjual MQ-20 ke pasar ekspor. Dua negara yang disebut berminat adalah Kanada dan India, namun usaha ini tampaknya belum berhasil.

Dikabarkan, GA-ASI telah membuat setidaknya 10 drone MQ-20, dengan rincian dua prototipe, satu untuk USAF dan tujuh untuk badan pemerintah AS yang dirahasiakan, kemungkinan CIA.

Untuk spesifikasinya, MQ-20 dioperasikan oleh dua kru darat. Drone memiliki panjang 13 m dan rentang sayap 20 m serta memiliki berat lepas landas maksimum (MTOW) 8.255 kg.

Sebagai penggeraknya, MQ-20 dibekali sebuah mesin turbofan Pratt & Whitney Canada PWC545B dengan daya dorong 17,75 kN.

Mengenai performanya, MQ-20 memiliki kecepatan maksimum 740 km/jam, ketinggian terbang hingga 15.240 m, dan jangkaun operasi 2.900 km atau durasi terbang selama 18 jam.

Dalam misi tempur, ruang senjata internal MQ-20 dapat dimuati hingga kapasitas 1.600 kg dan enam cantelan senjata eksternalnya dengan total muatan 2.900 kg.

Kombinasi persenjatan yang dapat dibawanya adalah rudal AGM-114 Hellfire serta bom GBU-39 SDB, GBU-12/16 Paveway II, GBU-31/32/38 JDAM.

-RBS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *