AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Seminggu setelah penembakan balon mata-mata China di ketinggian 65.000 kaki, kali ini pada hari Jumat (10/2), F-22 Raptor kembali didaulat untuk menembak objek asing tak dikenal di ketinggian 40.000 kaki (12 ribu meter) yang membahayakan penerbangan sipil.
Presiden AS Joe Biden memerintahkan langsung penembakan objek itu di atas lepas pantai Alaska, setelah memastikan bahwa objek asing tak diawaki manusia, kata Gedung Putih seperti disiarkan BBC.
Juru Bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan, objek tak berawak itu seukuran mobil kecil dan menimbulkan ancaman nyata bagi penerbangan sipil.
Belum diketahui objek itu apa dan siapa pemiliknya, namun Kirby membantah bila dikatakan itu sebagai balon.
Ditambahkan, puing-puing objek yang ditembak itu telah jatuh pada hari Jumat dan telah dikumpulkan untuk dibawa ke laboratorium penelitian.
Helikopter dan pesawat angkut telah dikerahkan untuk mengumpulkan puing-puing dari perairan beku Laut Beaufort.
Objek itu diketahui terbang melintasi Alaska dengan kecepatan 20 hingga 40 mph (64 km/jam) dan berada di atas laut dalam perjalanan menuju Kutub Utara saat ditembak jatuh.
“Kami tidak tahu siapa pemiliknya, apakah itu milik negara atau milik perusahaan atau milik pribadi,” kata Kirby.
Objek itu pertama kali terlihat pada Kamis malam, meski para pejabat tidak menyebutkan waktunya.
“Kami akan tetap waspada dengan wilayah udara kami,” tegas Kirby. “Presiden melaksanakan kewajibannya untuk melindungi kepentingan keamanan nasional kita sebagai yang terpenting.”
Sementara itu, Sekretaris Pers Pentagon Brigadir Jenderal Pat Ryder juga membenarkan bahwa sebuah jet F-22 Angkatan Udara AS telah menembak jatuh objek tersebut menggunakan rudal udara ke udara AIM-9X Sidewinder pada pukul 13:45 EST (18:45 GMT).
F-22 dikerahkan dari Joint Base Elmendorf-Richardson di Anchorage.
-Poetra-