Intip C295 AEW&C, salah satu kandidat pesawat peringatan dini & kontrol udara incaran TNI AU

C295 AEW&CAirbus Defence and Space

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – TNI Angkatan Udara sejak tahun 2014 telah merumuskan kebutuhan akan pesawat peringatan dini dan kontrol udara atau lazim disebut pesawat AEW&C (airborne early warning and control).

Pesawat AEW&C yang dibutuhkan oleh TNI AU adalah pesawat yang memiliki kemampuan mengamati dan mengintai lawan serta mengarahkan kawan, sehingga sering juga disebut sebagai radar terbang (airborne radar).

Pesawat AEW&C digunakan untuk mendeteksi keberadaan dan pergerakan pesawat, kapal, dan kendaraan lawan di darat dalam jarak jauh.

Pesawat juga digunakan untuk melakukan komando dan kontrol ruang pertempuran dalam operasi udara dengan mengarahkan pesawat tempur ke sasaran yang telah dikunci.

Di tahun 2014 itu, TNI AU pun sudah mengajukan tiga kandidat pesawat kepada Kementerian Pertahanan RI untuk dievaluasi. Mereka adalah Boeing 737 AEW&C (E-7A Wedgetail), Airbus C295 AEW&C, dan Saab 2000 Erieye

Sayangnya, hingga saat ini kebutuhan pesawat AEW&C tersebut belum terpenuhi untuk mencapai Minimum Essential Forces (MEF) hingga tahun 2024.

Sebelumnya, AirspaceReview telah mengulas salah satu kandidat yakni Saab 2000 Erieye dari Swedia.

Nah, kali ini menyoroti kandidat lainnya yang cukup kuat peluangnya, karena menggunakan platform pesawat C295, tentunya tak asing bagi TNI AU yang telah mengoperasikan pesawat angkut CN295.

Keuntungan dari C295 AEW&C adalah ketersediaan pilot terlatih untuk menerbangkannya dan teknisi darat yang merawat pesawat, termasuk juga kemudahan dalam hal suku cadang karena kesamaan antara pesawat C295 dan CN295.

Dibandingkan dua kandidat lainnya, pesawat C295 AEW&C satu-satunya yang mengusung radar putar 360 derajat.

Radar tersebut berupa radar AESA (active electronically scanned array) EL/W-2090 yang dikembangkan oleh perusahaan IAI (Israel Aerospace Industries).

Selain itu C295 AEW&C juga dilengkapi modul anti-surface dan anti-submarine warfare serta memiliki sistem IFF (Identification friend or foe) terintegrasi.

Untuk kinerja pesawatnya, C-295 AEW&C mampu ‘nongkrong’ di langit selama 11 jam, dengan ketinggian terbang maksimum kisaran 6.000 hingga 7.000 meter.

Andai TNI AU jadi mendapatkan C295 AEW&C, maka akan menjadi pengguna pertama di dunia pesawat hasil kerja sama Airbus Defense and Space dan IAI Israel ini.

Sebagai tambahan informasi, prototipe pertama C295 AEW&C yang terbang perdana Februari 2012 masih menggunakan varian klasik. Saat ini Airbus telah menawarkan platform baru yakni C-295W (Winglet).

Winglet merupakan perangkat yang dipasang di ujung sayap untuk mengurangi vortex.

Penggunaan winglet berujung pada penghematan penggunaan bahan bakar dan mampu meningkatkan jarak tempuh pesawat sebesar 6,5 persen.

-RBS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *