AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Kementerian Pertahanan Nasional Kolombia pada 22 Desember lalu telah memilih jet tempur Rafale dari Perancis sebagai pengganti armada Kfir buatan Israel yang akan habis masa pakainya tahun depan.
Dijadwalkan, dalam beberapa hari ke depan, kontrak pembelian Rafale tahap pertama senilai 680 juta USD untuk 3-4 Rafale akan ditandatangani dari rencana total pembelian 16 unit.
Kolombia berencana membeli 16 Rafale, terdiri dari 12 varian kursi tunggal dan 4 varian kursi tandem senilai total 3,2 miliar USD.
Pembiayaan pembelian ini akan ditanggung oleh pemerintah Perancis untuk dicicil selama 20-25 tahun.
Berbagai media melaporkan, kontrak awal ini juga akan mencakup integrasi sistem dan senjata Kolombia, simulator untuk pelatihan awak, pelatihan personel teknis, dan bantuan dari Angkatan Udara dan Antariksa Prancis.
Pengiriman pesawat direncanakan dimulai tahun 2025.
Defence Aerospace melaporkan, kemungkinan sebagian besar pesawat yang akan didatangkan adalah pesawat bekas Angkatan Udara dan Antariksa Perancis (AAE), mengingat waktu pengiriman yang cepat.
Sementara itu dalam sebuah unggahan di akun Twitter-nya, Kantor Kepresidenan Kolombia mengatakan, proposal pemilihan Rafale adalah pilihan terbaik bagi negara dalam hal harga, efisiensi, dan pengoperasiannya.
Kolombia telah mempertimbangkan penggantian Kfir selama beberapa tahun.
Sejumlah pesawat kompetitor telah selesai dinilai, yaitu Lockheed Martin F-16Viper (Block 70), Saab Gripen, dan Eurofighter Typhoon Tranche 1 bekas.
Hasil penilaian Kolombia terhadap pesawat-pesawat tersebut adalah sebagai berikut:
Tawaran F-16V terlalu kaku
F-16V awalnya menjadi pilihan terdepan, namun tersingkir dalam penilaian akhir. Angkatan Udara Kolombia (FAC) menyimpulkan, dari sisi peperangan elektroniknya F-16V lebih rendah dibanding Kfir buatan Israel dan Lockheed Martin tidak mau mengubahnya.
FAC juga menganggap rudal udara ke udara Python 5 lebih baik daripada versi Sidewinder yang ditawarkan dengan F-16V. Tapi Lockheed Martin menolak untuk mengintegrasikan rudal Python dan Derby, serta bom berpemandu laser SPICE yang sekarang digunakan oleh FAC ke F-16V.
Pemerintah AS menawarkan F-16V hanya dengan rudal udara ke udara Sidewinder dan AMRAAM.
Gripen terbaik kedua dalam segala hal
FAC menilai Gripen tidak memimpin dalam bidang kemampuan apa pun di awal kompetisi. Tetapi kemudian menjadi membuktikan sebagai yang terbaik kedua terbaik dalam segala hal.
Namun disebutkan, Gripen mengalami masalah integrasi besar di Brasil dengan sistem udara ke udara dan udara ke permukaannya yang tidak beroperasi penuh.
Faktor lain, karena produksi untuk Brasil dan Swedia memiliki prioritas, maka waktu pengiriman Gripen akan sangat lama.
Eurofighter Typhoon paling mahal, perawatannya rumit
FAC menemukan bahwa Eurofighter Typhoon adalah pesawat yang sangat mumpuni, lebih baik dari Rafale dalam beberapa hal. Tetapi pesawat ini sangat mahal dan rumit perawatannya.
FAC ingin membeli Typhoon Tranche 3, tetapi Eurofighter hanya menawarkan Tranche 1 dan 2 untuk pengiriman segera.
Pesawat Typhoon Tranche 3 memiliki waktu pengiriman yang sangat lama, dan biaya lebih tinggi dibandingkan pesaing lainnya.
Rafale tidak dibatasi, waktu pengiriman terpendek
Perancis selain menyediakan rudal udara ke udara Meteor untuk Rafale Kolombia, juga menyetujui untuk mengintegrasikan rudal Derby dan Python 5 buatan Israel serta bom SPICE ke pesawat Rafale Kolombia.
Kesanggupan Perancis tersebut ini akan menjadikan Rafale sebagai yang terunggul dibanding kompetitor lainnya.
Perancis juga menyanggupi untuk mengirimkan pesawat pertama satu tahun setelah kontrak ditandatangani. Ini adalah waktu pengiriman tercepat dari tawaran semua pesaing.
FAC menilai hal ini sangat penting karena armada Kfir akan pensiun pada akhir tahun 2023 setelah beroperasi selama 42 tahun dan mengabdi di FAC selama 30 tahun.
-RNS-