AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Angkatan Udara India (IAF) pada hari Jumat, 30 September 2022, memensiunkan Skuadron Tempur MiG-21 No. 51 dengan julukan “Senjata Pedang”
Skadron yang berbasis di kota Srinagar ini terkenal karena salah satu penerbangnya yakni Letkol Abhinandan Varthaman berhasil menembak pesawat tempur F-16 milik Pakistan sehari setelah serangan udara Balakot pada Februari 2019.
Sebelum resmi dipensiunkan pada akhir September, skadron ini telah menghentikan kegiatan penerbangannya pada 30 Juni 2022.
Dengan dipensiunkannya Skadron No. 51 maka IAF masih menyisakan tiga lagi skadron MiG-21 Bison yang akan dipensiunkan dalam tiga tahun ke depan.
Setelah pesawat dinonaktifkan, skadron akan dinaikkan lagi dengan pesawat baru.
Di IAF sebuah skuadron akan dijadikan sebagai cadangan setelah penghentian bertahap pesawat yang ada, sampai dioperasionalkan kembali dengan pesawat baru di masa depan.
Skadron No. 51 didirikan di Chandigarh pada 1 Februari 1985. Setahun berikutnya pada 1 Mei 1986 pindah ke Srinagar.
Pada awalnya skadron dilengkapi dengan pesawat MiG-21 Type 75 lalu diganti dengan MiG-21 Bison yang ditingkatkan pada Januari 2004.
Peran utama skuadron ini adalah untuk pertahanan udara Lembah Kashmir dan menjadi satu-satunya skadron tempur di Lembah. Sehingga julukan sebagai “Sword Arms” dilengkapi dengan julukan skadron penjaga lembah atau “Guardians of the Valley”.
Skuadron No. 51 teruji dalam Operasi Brasstacks 1987 ketika melakukan penerbangan lembah intensif dan platform kesiapan operasional berawak dari Srinagar dan Awantipur selama tiga bulan.
“Senjata Pedang” juga berpartisipasi dalam Operasi Safed Sagar dalam konflik Kargil 1999 di mana skadron ini menerbangkan 194 sorti dan dianugerahi satu medali Vayu Sena dan tiga “Mention-in Dispatches”.
Atas perannya dalam Operasi Parakram, pengerahan yang dilakukan pasca penyerangan Parlemen, skuadron dianugerahi Standar Presiden pada 22 Maret 2018.
Tiga skuadron MiG-21 yang tersisa akan dihapus pada tahun 2025, tulis kantor berita PTI.
Keputusan untuk mempensiunkan armada yang menua adalah bagian dari langkah IAF untuk menghentikan MIG-21 pada tahun itu.
Selama beberapa tahun, pesawat tempur Rusia era Soviet ini telah menjadi berita utama karena beberapa kecelakaan yang menyebabkan kematian pilot.
Sejak 1970, lebih dari 170 pilot India dan 40 warga sipil tewas dalam kecelakaan MiG-21.
Sejak 2010, lebih dari 20 pesawat telah jatuh dan 38 pesawat jatuh dalam satu dekade setelah 2003, menurut data yang dirilis Kementerian Pertahanan India.
Hampir 300 kecelakaan telah dilaporkan sejak 1963. Karena tingkat kecelakaannya yang tinggi, pesawat tempur ini mendapat julukan “Flying Coffin”
Namun, pejabat pertahanan mengatakan bahwa MiG21 dipensiunkan tidak semata-mata karena faktor penuaan.
“Penuaan adalah faktornya, tapi kami membaca laporan bahwa bahkan pesawat modern pun bisa jatuh. Kecelakaan bisa terjadi karena banyak faktor, termasuk cuaca,” kata sumber tersebut.
-Kallmoz-