AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Hanya selangkah dari beranda negara Republik Indonesia, pesawat Airbus A330 MRTT (Multi-Role Tanker Trasnport) milik Angkatan Udara Republik Singapura (RSAF) tahun lalu telah sukses melakukan uji coba pengisian bahan bakar di udara secara otomatis terhadap jet tempur F-16 mereka.
Automatic Air-to-Air Refueling (A3R) demikian istilahnya. Proses A3R dilakukan oleh A330 MRTT terhadap F-16C/D RSAF di mana operator hanya menyaksikan pengisian bahan bakar di udara secara otomatis melalui layar video di ruang kokpit pesawat tanker A330 MRTT. Ruangan ini disebut Refueling Operator Console (ROC).
Operator A330 MRTT menggunakan kacamata tiga dimensi. Fungsinya adalah untuk pengamatan terhadap proses A3R agar lebih jelas terlihat.
Kepala Pemasaran Mobilitas Udara Strategis Airbus Defence and Space, Jeronimo Amador, seperti Airspace Review kutip dari Defense News mengatakan, digunakannnya sistem A3R pada A330MRTT adalah untuk mencapai tiga hal.
Pertama mengurangi beban kerja operator pengisian bahan bakar di udara, kedua meningkatkan keselamatan, dan ketiga mengoptimalkan laju transfer pengisian bahan bakar di udara dalam kondisi operasional.
Mengenai teknisnya, sebelum melaksanakan proses pengisian bahan bakar di udara terhadap pesawat penerima, sistem A3R secara otomatis akan menurunkan perangkat sistem boom yang ada di pesawat.
Ini adalah semacam pipa bersayap yang menempel di bawah ekor pesawat A330 MRTT. Perangkat boom dilengkapi dengan dua sayap untuk menjaga kestabilannya di udara.
Setelah diturunkan, boom akan mempertahankan keselarasan dengan pesawat penerima dan mengarah kepada wadah yang ada di punggung atau bagian atas pesawat penerima.
Kemudian, boom akan mengeluarkan pipa teleskopik untuk menempel ke wadah tersebut dan menyalurkan bahan bakar ke pesawat penerima.
Penyaluran bahan bakar berlangsung dengan sangat cepat, yaitu sebanyak 1.200 galon/menit (3.600 kg/menit). Pengisian bahan bakar di udara agar tangki internal pesawat F-16 penuh, maka proses itu tidak lebih dari satu menit saja.
Setelah selesai, pipa teleskopik akan kembali masuk ke perangkat sistem boom dan boom akan menempel lagi ke bagian bawah ekor A330 MRTT.
Selama proses tersebut, operator A3R hanya memantau operasi pengisian bahan bakar otomatis di udara ini dari ROC.
Konsol ini berada satu ruangan dengan pilot di kokpit untuk memudahkan koordinasi. ROC menghadap ke belakang dan operatornya duduk saling membelakangi dengan pilot/kopilot pesawat.
Seperti dikatakan di awal, A3R bekerja secara otomatis, yaitu dengan sistem autopilot. Namun demikian, operator juga dapat mengendalikan proses pengisian bahan bakar di udara ini secara manual apabila dibutuhkan.
Program Smart MRTT dilaksanakan oleh Airbus Defence and Space bekerja sama dengan RSAF sejak Januari tahun 2020.
Setelah sukses melaksanakan A3R terhadap F-16, selanjutnya akan dilaksanakan A3R terhadap F-15SG. RSAF akan melengkapi enam unit A330 MRTT-nya dengan A3R.
Fitur lain dari program Smart MRTT adalah sistem penglihatan yang disempurnakan untuk operasi rahasia malam hari, sensor yang ditingkatkan, dan pemeliharaan prediktif.
Kebutuhan A330 MRTT di kawasan
Selain Singapura, beberapa negara pengguna MRTT juga menunjukkan minat yang besar terhadap sistem A3R.
Salah satunya adalah Angkatan Udara Australia (RAAF) yang mengoperasikan tujuh A330 MRTT dengan kode KC-30A.
Di luar Australia, Korea Selatan juga mengoperasikan empat MRTT. Kemudian Arab Saudi enam pesawat dan Uni Emirat Arab yang telah menerima tiga pesawat dari lima yang dibeli.
Kemudian masih banyak negara lain yang berminat maupun telah menggunakan pesawat ini. Misalnya Inggris yang mengoperasikan 14 unit A330 MRTT (dengan kode Voyager KC.2 dan KC.3) dan Perancis yang telah menerima 6 dari 12 yang dipesan.
Airbus melihat potensi untuk lebih banyak penjualan MRTT ke pelanggan di kawasan Indo-Pasifik. Kemampuan pesawat ini untuk melaksanakan misi multiperan menjadi daya tarik tersendiri yang ditawarkan.
TNI AU saat ini memiliki 33 pesawat F-16 yang sejak tahun 1989 tidak pernah terdukung oleh pesawat tanker. Para penerbang F-16 TNI hanya beberapa orang saja yang sempat berlatih atau merasakan langsung pengisian bahan bakar di udara, yaitu ketika melaksanakan penerbangan feri membawa jet tempur ini dari AS ke Indonesia.
Sebab, TNI AU memang tidak punya pesawat tanker yang menggunakan sistem boom.
Satu-satunya pesawat tanker yang dimiliki TNI AU yaitu KC-130B Hercules, yang dioperasikan sejak tahun 1961 ini, hanya bisa melaksanakan pengisian bahan bakar dengan metode Probe–and–Drouge saja. Pesawat ini jelas tidak bisa digunakan untuk mengisi bahan bakar di udara terhadap pesawat F-16.
Drogue adalah perangkat pengisian bahan bakar di udara dengan menggunakan selang (hose) yang dijulurkan dari pod di sayap pesawat tanker. Selang ini di ujungnya dilengkapi dengan semacam keranjang.
Keranjang tersebut akan menempel pada pipa penerima bahan bakar (probe) yang ada di pesawat penerima. Prosesnya seperti menyusui. Sedangkan bila boom, ini semacam pipa penyuntik bahan bakar langsung ke wadah di pesawat penerima.
A330 MRTT memiliki kedua sistem pengisian bahan bakar tersebut, sehingga dapat melakukan kedua metode pengisian bahan bakar di udara. Baik menggunakan sistem boom maupun probe-and-drogue.
Sumber Airspace Review mengatakan, TNI AU sangat kepincut dengan pesawat tanker multiperan seperti A330 MRTT ini untuk mendukung misi/operasi pesawat F-16.
Bila saja pengadaan F-15EX dari Amerika Serikat jadi direalisasikan oleh pemerintah Indonesia, berarti F-15 juga memerlukan pesawat tanker dengan sistem boom. Sama seperti yang dibutuhkan oleh pesawat F-16.
Kehadiran A330 MRTT di Lanud Halim
Kehadiran dua unit tanker A330 MRTT milik Angkatan Udara Perancis di Lanud Halim Perdanakusuma pada 11-14 September 2022, menjadi peluang untuk Paris mendorong penjualan pesawat ini kepada Kementerian Pertahanan RI.
Di sisi yang lain, Kemhan sudah memesan dua A400M yang kontraknya telah ditandatangani di pameran udara Dubai Airshow 2021 pada November tahun lalu.
Kontrak yang ditandatangani dan dihadiri oleh Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto tersebut akan berlaku efektif pada tahun 2022 ini.
Kontrak mencakup paket dukungan pemeliharaan dan pelatihan yang lengkap. Dalam kesempatan tersebut Kemhan RI juga menandatangani Letter of Intent (LoI) untuk akuisisi empat A400M di masa mendatang.
Airbus A400M adalah pesawat multi-peran yang dapat meningkatkan kemampuan taktis udara ke udara TNI AU. Menteri Pertahanan Prabowo mengatakan, pesawat ini juga akan memainkan peran kunci dalam misi utama lainnya termasuk terjun payung dan transportasi kargo berat.
A400M pernah beberapa kali dipamerkan oleh Airbus di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, yaitu pada Maret 2017, dan Agustus 2018.
Pesawat ini pun pernah dipakai utuk mengirim bantuan ke Lombok saat dilanda gempa bumi pada Agustus 2018 dan milik AU Malaysia pada gempa dan tsunami di Palu pada Oktober 2018.
Pembelian A400M akan melengkapi lima C-130J-30 Super Hercules buatan Lockheed Martin yang telah dipesan oleh Kementerian Pertahanan pada periode menteri pertahanan sebelumnya. Pesawat pertama C-130J-30 dicanangkan akan tiba di Indonesia akhir tahun ini atau paling lambat awal tahun depan.
Perbedaan kapasitas angkut menjadi pembeda dari A400M dengan C-130J. Perlu dicatat bahwa penambahan banyak tipe pesawat angkut di sebuah angkatan udara, harus diperhatikan juga untuk beban biaya pemeliharaannya di masa mendatang.
Akan halnya A330 MRTT dapat berperan multi. Pesawat ini di beberapa negara digunakan selain sebagai tanker juga untuk kunjungan kepresidenan ke luar neger dengan jarak jelajah yang jauh.
Presiden RI menggunakan pesawat A330 yang disewa Garuda untuk penerbangan ke luar negeri. Hal ini mengingat kapasitas angkut yang besar dan juga kemampuan untuk penerbangan jarak jauh.
Peran ini dapat dilakukan oleh A330 MRTT, selain fungsi untuk air refueling terhadap pesawat-pesawat jet F-16 TNI AU, atau Rafale, atau F-15EX bila jadi dibeli.
Kebutuhan untuk pesawat ini ada. Namun semua kembali kepada kemampuan anggaran negara dan pemilihan serta penentuan pesawat apa yang akan dibeli oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.
-RNS-
Indonesia benar² membutuhkan pesawat tanker boom ini… minimal 2 unit lah untuk mendukung 100 jet tempur yang nantinya bakal dimiliki Indonesia !!