AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Tiap negara memiliki pasukan khusus terbaik dan dibanggakan di setiap matra angkatan bersenjatanya.
Di Angkatan Darat AS (US Army) nama Delta Force sudah sangat kesohor. Ibarat di TNI Angkatan Darat, menyebut nama Sat-81/Gultor yang terbayang adalah pasukan elite berkemampuan nomor wahid dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Delta Force merupakan sebutan ringkas dari Detasemen Operasional Pasukan Khusus ke-1–Delta (SFOD-D ke-1), US Army.
Selain disebut Delta Force, pasukan ini juga sering disebut CAG (Combat Applications Group), The Dreaded D, atau D-Boys.
Ada juga yang menyebutnya “Unit” atau dalam istilah Komando Operasi Khusus Gabungan (JSOC) disebut Gugus Tugas Hijau (Task Force Green).
Delta Force berada di bawah kendali operasional Komando Operasi Khusus Gabungan. Misi unit ini terutama adalah melaksanakan kontra-terorisme, penyelamatan sandera, tindakan langsung, dan pengintaian khusus terhadap target bernilai tinggi.
Delta Force melaksanakan misi operasi paling kompleks, rahasia, dan berbahaya. Tugasnya serupa dengan tugas US Navy SEAL (SEAL Team Six) atau biasa disebut DEVGRU (Development Group).
Sementara bila di Komando Operasi Khusus Angkatan Udara (AFSOC) ada unit khusus yang disebut Skuadron Taktik Khusus ke-24 (24th Special Tactics Squadron). Tugasnya kurang lebih sama dengan Delta Force maupun SEAL Team Six.
Personel Delta Force diseleksi dari Resimen Ranger dan Pasukan Khusus ke-75 Komando Operasi Khusus Angkatan Darat Amerika Serikat.
Dapat pula personel Delta Force dipilih dari unit operasi khusus lainnya dan pasukan konvensional di seluruh Angkatan Darat dan kadang juga dari kecabangan militer lainnya.
Pembentukan Delta Force
Delta Force dibentuk pada tahun 1977. Pasukan khusus ini dibentuk setelah terjadi banyak insiden teroris di Amerika Serikat, baik yang dipublikasikan maupun yang tidak.
Tokoh-tokoh penting yang merintis terbentuknya Delta Force di tahun 1960-an, antara lain adalah Charlie Beckwith, seorang perwira Pasukan Khusus (Baret Hijau) dan veteran Perang Vietnam.
Ia bertugas sebagai perwira pertukaran dengan Resimen Layanan Udara Khusus ke-22 Angkatan Darat Inggris selama kampanye Darurat Malaya.
Sekembalinya dari sana, Beckwith mempresentasikan laporan terperinci yang menyoroti kerentanan Angkatan Darat AS karena tidak memiliki unit tipe SAS.
Pasukan Khusus US Army pada periode itu hanya berfokus pada perang yang tidak konvensional, sedangkan Beckwith menyadari perlunya pasukan khusus untuk menghadapi model perang yang berlarut itu.
Dia kemudian membayangkan tim kecil yang sangat mudah beradaptasi dan sepenuhnya otonom dengan beragam keterampilan khusus untuk aksi langsung dan misi kontra-terorisme.
Bekwith selanjutnya memberi pengarahan kepada tokoh-tokoh militer dan pemerintah, yang kala itu malah menentang pembentukan unit baru di luar Pasukan Khusus atau mengubah metode yang ada.
Akhirnya, pada pertengahan 1970-an ketika ancaman terorisme tumbuh, para pemimpin senior Pentagon dan Angkatan Darat menunjuk Beckwith untuk membentuk unit pasukah khusus yang dibayangkannya.
Beckwith mengatakan saat itu, dibutuhkan waktu 24 bulan untuk menyiapkan misi unit barunya. Perkiraan Beckwith ini berasal dari percakapannya dengan Brigadir John Watts saat berada di Inggris pada tahun 1976.
Watts saat itu telah menjelaskan kepada Beckwith bahwa dibutuhkan delapan belas bulan untuk membangun satu skuadron, tetapi menyarankannya untuk memberi tahu para pemimpin Angkatan Darat bahwa dibutuhkan dua tahun.
Untuk membenarkan mengapa diperlukan waktu dua tahun guna membangun Delta Force, Beckwith dan stafnya merancang apa yang mereka sebut Robert Redford Paper, yaitu uraian kebutuhan dan proses seleksi serta penilaian yang akan dilaksanakan dalam empat fase.
Setelah melalui proses pembentukannya, Delta Force pun diresmikan keberadaannya pada tanggal 19 November 1977 oleh Beckwith dan Kolonel Thomas Henry.
Sementara itu, Kolonel Bob “Sarung Tangan Hitam (Black Gloves)” Mountel dari Grup Pasukan Khusus ke-5 menciptakan sebuah unit untuk menembus celah jangka pendek yang ada sampai Delta siap. Pasukan ini dinamai Cahaya Biru (Blue Light).
Anggota awal unit disaring dari para sukarelawan dan dimasukkan melalui proses seleksi khusus pada awal 1978, yang melibatkan serangkaian masalah navigasi darat di daerah pegunungan sambil membawa beban yang meningkat.
Tujuannya adalah untuk menguji ketahanan, stamina, kemauan untuk bertahan, dan keteguhan mental para kandidat.
Kursus pelatihan pertama berlangsung dari April hingga September 1978. Delta Force disertifikasi sebagai misi yang mampu sepenuhnya pada musim gugur 1979, tepat sebelum terjadi krisis penyanderaan Iran.
Bersambung ke tulisan misi-misi Delta Force, nantikan…
-Poetra-