AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Fenomena penjualan ulang barang-barang bantuan ke pihak lain, sering kali terjadi di berbagai tempat.
Demikian juga yang terjadi di Ukraina, sejumlah persenjataan sumbangan dari Barat yang telah diterima, disinyalir telah dijual lagi ke pihak-pihak lain.
Biro Keamanan Ekonomi Ukraina mencatat adanya penjualan ulang bantuan kemanusiaan dan persenjataan dari negara-negara Barat.
Hal itu diumumkan oleh kepala biro tersebut, Vadim Melnik, di saluran televisi Ukraina 24 pada 5 Juli, dikutip dari Bulgarian Military.
“Bahkan barang-barang militer dijual dengan uang tunai. Kami memiliki fakta seperti itu,” kata Melnik.
Sebagai contoh, rudal Javelin ATGM dijual seharga 30.000 USD di darknet.
Sejauh menyangkut penjualan produk dan senjata militer, Biro Keamanan Ekonomi Ukraina telah mencatat sekitar sepuluh kasus kriminal semacam itu.
Melnyk menekankan bahwa jumlah tersebut belum lengkap.
Menurut dia, pihaknya juga sedang mendalami kasus terkait penjualan bantuan kemanusiaan yang diterima dari mitra asing.
DSCA kesulitan melacak
Dalam beberapa pekan terakhir, semakin banyak sinyal datang melalui saluran tidak resmi tentang penjualan senjata Ukraina.
Portal Bulgarian Military adalah salah satu situs pertama yang menginformasikan mengenai hal itu.
Sementara itu, portal online Donbass Insider mengklaim, mengutip sumber militernya dari Perancis, bahwa dua Caesar SPH telah dijual ke Angkatan Bersenjata Rusia dengan harga masing-masing 124.000 USD.
Namun, laporan tersebut dibantah oleh Staf Umum Perancis.
Sementara itu, belum lama ini Badan Kerja Sama Pertahanan Keamanan Amerika Serikat (DSCA) menyatakan perlunya pengawasan penggunaan persenjataan AS di lapangan di Ukraina.
Akan tetapi, DSCA mengakui kesulitan karena situasi di Ukraina sedang berperang.
DSCA merupakan badan di bawah Departemen Pertahanan AS yang bertanggung jawab atas penjualan dan pasokan persenjtaan Amerika di luar negeri, termasuk mengenai nomor seri dan jalur distribusinya.
-Poetra-