AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Tak kunjung berakhirnya perang antara Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung selama empat bulan sejak 24 Februari, di satu sisi membuat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bimbang juga.
Zelensky bagaimana pun, melihat negaranya yang porak-poranda akibat serangan Rusia menginginkan agar perang yang melelahkan dan menyengsarakan ini segera berakhir.
Namun, ia juga mengatakan bahwa negaranya memiliki kedaulatan penuh untuk tidak diinvasi oleh Rusia.
Saat berlangsungnya KTT G7 di Jerman pada hari Senin, Zelensky melalui tautan video mendesak kekuatan dunia untuk melakukan yang terbaik guna membantu Ukraina mengakhiri invasi Rusia pada akhir tahun ini.
Hal ini disampaikan Zelensky di saat para pemimpin G7 merencanakan sanksi baru bagi Rusia dan berjanji untuk mendukung Kyiv selama diperlukan, dikutip dari The Moskow Times.
Saat itu Presiden AS Joe Biden dan rekan-rekannya dari negara-negara kaya Kelompok Tujuh berkumpul di Pegunungan Alpen Bavaria membahas invasi Rusia ke Ukraina. KTT G7 terdiri dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia hadir sebagai negara yang diundang terkait Presidensi G20.
Para pemimpin menunjukkan persatuan atas Ukraina, bahkan ketika dampak perang meningkat dengan melonjaknya harga energi dan pangan yang mendorong inflasi global.
“Kami akan terus memberikan dukungan keuangan, kemanusiaan, militer dan diplomatik dan mendukung Ukraina selama yang diperlukan,” kata G7 dalam sebuah pernyataan pada hari kedua KTT.
Di antara langkah-langkah tambahan yang dibahas oleh para pemimpin G7 adalah pembatasan harga impor minyak Rusia dan sanksi yang menargetkan sektor pertahanan Rusia.
Sementara itu Washington berencana untuk mengirim rudal antipesawat canggih ke Ukraina.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan kepada wartawan, menanggapi permintaan lama dari Zelensky untuk senjata yang lebih canggih.
Pertemuan G7 di Jerman kemudian “dilanjutkan” dengan KTT NATO di Madrid Spanyol minggu ini. Dalam pertemuan ini pun masalah perang Rusia-Ukraina mendominasi di antara bahasan mengenai masalah iklim.
NATO mengatakan pada hari Senin bahwa aliansi militer Atlantik Utara ini akan meningkatkan kekuatan kesiapannya dari 40.000 menjadi 300.000 personel tentara dan mengirim lebih banyak persenjataan berat ke sayap timur mereka, sebagaimana dikutip Reuters.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyebutnya hal ini sebagai perombakan terbesar pertahanan dan pencegahan kolektif kita sejak Perang Dingin.
Keinginan Rusia
Di sisi yang lain, Rusia menyatakan akan mengakhiri perangnya di Ukraina segera apabila Kyiv meletakkan senjata dan menyerah.
Kremlin mengatakan pada hari Selasa ketika para pemimpin Barat mencari cara baru untuk meningkatkan tekanan ekonomi terhadap Moskow.
“Pihak Ukraina dapat mengakhiri segalanya sebelum akhir hari ini,” tulis kantor berita TASS mengutip juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.
Perintah unit nasionalis untuk meletakkan senjata mereka diperlukan, lanjutnya, artinya bahwa Ukraina juga harus mematuhi daftar tuntutan Moskow.
Jauh hari sebelumnya, Presiden Putin juga selalu mengatakan bahwa perang akan berakhir dengan syarat Ukraina meletakkan senjata terlebih dahulu.
Pernyataan Peskov di atas merupakan jawaban atas pernyataan Presiden Zelensky kepada KTT G7 yang mendesak Barat untuk membantu Ukraina mengakhiri perang sebelum musim dingin tiba.
Peskov mengatakan, Rusia tidak memiliki batas waktu kapan operasi militer khusus akan berakhir dan menggambarkan pernyataan Zelensky hanya sebagai pikiran kepala negara Ukraina.
“Kami hanya dipandu oleh pernyataan yang dibuat oleh presiden kami [yang mengatakan bahwa] operasi militer khusus berjalan sesuai rencana dan mencapai tujuan yang ditetapkan,” kata Peskov.
Presiden Vladimir Putin meluncurkan apa yang dia sebut sebagai operasi militer khusus dengan tujuan untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina.
Entah sampai kapan perang antara Rusia dan Ukraina ini akan berakhir persisnya.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh para pemimpin dunia untuk membujuk Putin dan Zelensky berdamai di tengah tambahan persenjataan terus berlanjut.
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo selalu kepala negara dan Presidensi G20, usai menghadiri KTT G7 mengunjungi Ukraina untuk bertemu Presiden Zelensky yang dilanjutkan dengan kunjungan ke Rusia untuk bertemu dengan Presiden Putin.
Jokowi mengatakan, misinya mengunjungi kedua negara yang sedang berperang ini adalah untuk menghimbau kedua pemimpin menghentikan perang.
Harapan kita semua, Rusia dan Ukraina segera berdamai dan bersama-sama menata kembali ekonomi dunia yang ikut porak-poranda setelah pandemic COVID-19 selama lebih dari dua tahun.
Kunci utama untuk mengakhiri perang, sesungguhnya tersimpan di kepala dan hati Presiden Zelensky dan Presiden Putin saat ini.
Kalau kedua pemimpin tetap ngotot, kehancuran akan semakin besar dan berdampak buruk bagi banyak negara.
-RNS-