ANGKASAREVIEW.COM – Tak sepesat pengembangan drone bersenjata (UCAV) yang bahkan sudah sering diturunkan dalam medan perang, maka kendaraan tanpa awak darat (UGV) bersenjata pengembangannya sedikit tertinggal. Meski telah banyak purwarupa yang hadir namun belum benar-benar se-eksis drone bersenjata.
Salah satu pemain UGV (Unmanned Ground Vehicle) bersenjata yang produknya mulai gencar ditawarkan yakni Phantom. UGV ini dikembangkan oleh pabrik persenjataan SpetsTechnoExport (STX), anak perusahaan Ukroboronprom dari Ukraina.
Phantom didapuk dapat melakukan berbagai tugas (multi-role) di lingkungan perang yang kompleks, yakni menjalankan misi tempur, pengintaian, menjaga dan mengawasi perbatasan, transportasi amunisi hingga sebagai wahana evakuasi tentara yang terluka.
Pengembangan Phantom didasarkan pengalaman perang hibrida yang berlangsung di Ukraiana, terutama setelah aneksasi Rusia atas Crimea pada tahun 2014. Ukraina banyak kehilangan nyawa prajuritnya menghadapi separatais dukungan Rusia.
SpetsTechnoExport mulai menunjukkan Phantom ke Angkatan Bersenjata Ukraina, Kementerian Pertahanan Ukraina serta ke Keamanan Nasional & Pertahanan Ukraina pada bulan Agustus 2016. Selanjutnya pada bulan Desember tahun yang sama, Phantom mulai menjalani evaluasi lapangan di bawah kondisi hujan salju di Honcharivske wilayah Chernihiv.
Phantom memiliki penggerak 6X6 AWD (all-wheel drive) dan dilengkapi dengan sistem rem hidrolik untuk memastikan pengendaraan yang lebih mulus dan kontrol yang lebih baik dalam kondisi medan yang sulit. Digerakkan oleh mesin hibrid yang memiliki daya sekitar 40 hp. Kecepatan tertingginya hingga 38 km/jam dan mampu beroperasi sejauh 20 km.
Siluetnya cukup kecil, memiliki panjang 3 m, lebar 1,6 m dan tinggi 0,91 m. Daya muatnya hingga 350 kg untuk berbagai bawaan perbekalan termasuk bisa membawa dua prajurit terluka diatasnya yang disandarkan dan dikaitkan ke rangka besi yang bisa dilipat tepat di atas roda.
Wahana ini dikendalikan oleh seorang operator melalui perangkat berupa koper besar berisi panel kontrol yang dilengkapi dua monitor layar lebar. Operator mentransmisikan perintah seperti panduan, navigasi, penghindaran rintangan dan kontrol ke kendaraan melalui serat kabel sepanjang 5 km atau melalui sambungan radio aman dalam radius 10 km.
Sebagai robot tempur, Phantom dipersenjatai dengan senapan mesin berat kaliber 12,7 mm yang dipasang pada menara yang dikendalikan dari jarak jauh. Senapan mesin ini efektif terhadap kendaraan darat dengan lapis baja ringan dan kendaraan tanpa lapis baja lalu helikopter, pesawat terbang terbang rendah dan kendaraan udara tak berawak.
Persenjataan mematikan lain yang bisa dibawanya adalah empat rudal anti-tank Barrier. Dengan berat sekitar 16 kg, rudal ini dapat dapat menghancurkan kendaraan tempur lapis baja yang dilengkapi dengan sistem perlindungan seperti armor komposit, sistem perlindungan aktif dan armor reaktif eksplosif (ERA).
Setiap senjata disediakan dengan observation & sighting system terpisah, yang memungkinkan untuk melakukan penembakan tepat terhadap target hingga jarak 2 km pada siang hari atau jarak 1 km di malam hari. Tersedia juga lima peluncur granat asap yang dipasang di bagian depan kendaraan sebagai perlindungan diri.
Pada pameran Unmanned System Exhibition (UMEX) yang diadakan di Abu Dhabi pada Februari 2018 silam, Ukroboronprom memamerkan Phantom generasi 2 yang dilengkapi penggerak 8×8 AWD dengan berat kotor (GVW) mencapai 2.600 kg.
Varian baru ini selain bisa membawa SMB 12,7 mm dan rudal antitank Barrier, juga bisa membawa tabung peluncur roket kaliber 80 mm serta pelontar granat otomatis (AGL) 40 mm. Phantom 2 mampu memukul target berat dan ringan dari jarak 100 hingga 5.000 meter.
Selama pameran UMEX tersebut, pihak Ukroboronprom menyatakan Phantom 2 sudah mulai dilirik oleh militer negara kawasan Timur Tengah yakni Uni Emirat Arab, Kuwait dan Arab Saudi serta sejumlah negara Afrika bagian Utara. Namun tak disebutkan apakah sudah ada order pasti untuk ‘Robot Hantu’ dari Ukraina tersebut. RANGGA BASWARA