AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Turki sedang mewujudkan jet tempur generasi kelima TF-X sebagai pengganti F-35 buatan Lockheed Martin yang ditarik kembali oleh Amerika Serikat karena Ankara membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia.
Selain mewujudkan jet TF-X, dalam waktu bersamaan Turki juga sedang mengembangkan drone bersenjata (UCAV) yang akan menjadi pendamping TF-X kelak.
UCAV tersebut diberi nama Kizilelma (Apel Merah). Dalam bahasa Turki, Kizilelma sering digunakan sebagai istilah yang bermakna lain yakni tujuan yang ingin dicapai (goal to reach).
Sistem persenjataan udara yang memadukan jet tempur siluman dengan armada “loyal wingman” tak berawak, menjadi sebuah terobosan yang telah digagas oleh Boeing Australia dan Angkatan Udara Australia (RAAF) dengan mewujudkan MQ-28 Ghost Bat.
Konsep ini kemudian dikembangkan secara luas untuk jet tempur generasi kelima maupun generasi keenam.
Mengenai Kizilelma, belum lama ini Chief Technology Officer [CTO] perusahaan Turki Bayrak, pembuat drone Bayraktar TB2 yang terkenal di dunia, mengunggah foto di akun Twitternya.
Menurut beberapa media Turki, ini adalah model produksi prototipe masa depan.
“Foto pertama Bayraktar Kizilelma yang dicat… foto pertama dari pelapisnya yang dicat,” tulis Selcuk Bayraktar.
Menurut informasi yang beredar, Bayraktar Kizilelma ditargetkan mengudara perdana pada 2023.
Kızılelma akan ditenagai dengan mesin jet tunggal berkemampuan terbang supersonik.
Nantinya, UCAV ini mampu terbang dari kapal induk yang artinya dapat lepas landas dan mendarat dari landasan pendek.
Kizilelma diproyeksikan untuk digunakan militer dalam negeri dan juga untuk pasar ekspor.
Diakui perusahaan, penampang radar rendah merupakan salah satu masalah paling kritis dalam proses desain jet tempur berawak maupun tak berawak termasuk Kızılelma.
UCAV ini dirancang dapat menggunakan semua amunisi yang dikembangkan di dalam negeri dengan kapasitas angkut 1.500 kg.
Kizilelma dirancang dapat bertahan di udara selama 5 jam dan terbang dengan radius misi hingga 500 nm.
Drone ini juga akan dilengkapi dengan radar AESA (active electronically scanned array).
Dijadwalkan, produksi Kizilelma dapat dilaksanakan setelah UCAV ini melewati 3,5 tahun masa pengembangannya atau di sekitaran tahun 2027.
-Jaden-