AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Angkatan Udara Kerajaan Selandia Baru (RNZAF) mulai berdiri secara independen pada 1923, sebelumnya merupakan elemen dari Angkatan Udara Kerajaan Inggris (RAF).
Hingga 1945, RNZAF diperkuat lebih dari 1.000 pesawat terbang, namun telah menyusut menjadi kekuatan sekitar 48 pesawat saja pada 2022.
Kemampuan tempur udara RNZAF sendiri telah berakhir pada 2001. Di bawah masa Pemerintahan Buruh Kelima, skuadron udara yang diperkuat jet McDonnell Douglas A-4 Skyhawk dan Aermacchi MB-339 dibubarkan.
Kini misi utama RNZAF fokus pada patroli maritim dan tugas transportasi untuk mendukung Angkatan Laut Kerajaan Selandia Baru dan Angkatan Darat Kerajaan Selandia Baru.
Dengan armada sayap tetap berisikan pesawat patroli maritim Lockheed P-3/P-3K2 Orion sebanyak empat unit dan akan ditambah empat Boeing P-8 Poseidon yang sudah dipesan dari AS.
Lalu pesawat angkut/transportasi terdiri dari dua Boeing 757-2K2 dan lima Lockheed Martin C-130H serta menunggu kedatangan lima versi C-130J yang baru.
Sementara aramada sayap putar diperkuat oleh helikopter angkut serbaguna NHI NH90 sebanyak delapan unit dan lima heli ringan serbaguna Leonardo AW109, serta sembilan heli patroli/anti kapal selam Kaman SH-2G Super Seasprite.
RNZAF juga memiliki armada pesawat latih, terdiri dari 11 unit T-6C Texan II dan empat Super King Air 350, keduanya buatan Beechcraft dari AS.
-RBS-