AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Rencana pembelian kapal selam Yuan-class S26T buatan China oleh Thailand yang telah digagas sejak tahun 2017 digagalkan oleh Jerman.
Jerman menolak menyediakan sistem propulsi yang diperlukan oleh kapal selam China tersebut.
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha mengatakan, tidak mungkin Thailand membeli kapal selam tanpa mesin. Maka, pembelian ini pun ditangguhkan.
“Apa yang kita lakukan dengan kapal selam tanpa mesin? Mengapa kita harus membelinya?” ujar Prahuth kepada Bangkok Post.
Thailand awalnya berniat membeli kapal selam buatan China seharga 13,5 miliar baht Thailand (403 juta USD) untuk pengiriman tahun 2023.
Kontraktor China Shipbuilding & Offshore International Co. (CSOC) memilih mesin buatan pabrik MTU Friedrichshafen, Jerman.
Namun dalam perkembangan terakhir, perusahaan pembuat mesin itu menolak untuk mengirimkan mesinnya ke negara Asia.
Kedutaan Besar Jerman di Thailand mengungkapkan, pemerintah China tidak memberi tahu Jerman sebelum menandatangani kontrak dengan Thailand bahwa mesinnya akan digunakan di kapal selam.
Seperti diketahui, Uni Eropa secara tegas melarang negara-negara anggota mengekspor senjata dan peralatan militer ke China setelah pembantaian Lapangan Tiananmen tahun 1989.
Menyusul penolakan MTU Friedrichshafen untuk mengirim mesin, CSOC dilaporkan telah berhenti membangun kapal selam.
Perusahaan pembuat kapal telah menawarkan mesin buatan China atau transfer dua kapal selam China yang dinonaktifkan sebagai gantinya.
Namun Thailand menolak kedua opsi tawaran dari China tersebut.
Diberitakan, pemerintah Thailand dan China akan mengadakan pembicaraan akhir bulan ini untuk menyelesaikan masalah tersebut.
-Jaden-