AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika (PRTH) dan Laboratorium Teknologi Hidrodinamika Surabaya menjajaki pengembangan kapal patroli lepas pantai (OPV) dengan TNI Angkatan Laut.
Hal ini ditindaklanjuti melalui kunjungan Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AL (Kadislitbangal) Laksamana Pertama Agus Karminto ke Laboratorium Teknologi Hidrodinamika BRIN di Surabaya pada 11 Maret lalu.
Kapal Offshore Patrol Vessel akan digunakan untuk mengawasi perairan di Indonesia dan memperkuat alutsista jajaran TNI AL.
Dalam kunjungan Kadislitbangal itu dilaksanakan uji demo seakeeping dan maneuvering model kapal di kolam MOB (Maneuvering Ocean Basin) dan dilanjutkan dengan diskusi mengenai berbagai hasil uji model kapal OPV.
Pengujian seakeeping merupakan pengujian model kapal untuk mendapatkan data mengenai kemampuan olah gerak kapal atau bangunan apung lainnya ketika menghadapi gelombang laut dari berbagai arah.
Sedangkan pengujian manuver model kapal bertujuan untuk mendapatkan data diameter kapal pada saat berputar.
Dalam pertemuan ini Kepala Kantor BRIN Kawasan Surabaya Muryadin menyampaikan berbagai hasil pengujian model kapal OPV termasuk uji resistance, self propulsion, seakeeping, dan maneuvering.
“Uji resistansi adalah gaya yang terbebankan pada kapal pada saat bergerak ke arah depan dengan kecepatan tertentu. Uji dilakukan pada kecepatan 14-31, setelah pengujian kemudian dilakukan proses ekstrapolasi sehingga didapatkan data uji terukur dan hasil dari ekstrapolasi,” jelas Muryadin dikutip dari siaran pers BRIN.
Selain itu, terdapat performance prediction yang menjadi perpaduan antara pengujian resistansi dan propulsi untuk mendapatkan hasil analisis kebutuhan besaran kecepatan dari mesin yang akan dipasang di kapal tersebut.
Muryadin menambahkan, hasil dari performance prediction akan diminta oleh propeller group untuk menentukan properti dan desain dari propeler yang digunakan.
“Antara hasil tes dan saat uji coba akurasinya sekitar 3 persen, hasil-hasil yang dicapai sudah sesuai dengan standar. Sedangkan untuk yang numerik akurasinya bisa sampai 5-10 persen,” tutur Muryadin.
Sementara itu Kadislitbangal menyampaikan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam perencanaan desain kapal. Karena itu, ujarnya, BRIN ditunjuk sebagai perencanaan desain kapal yang akan dibuat.
“Kami berharap Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN bisa membantu permasalahan desain kapal selama ini, dan selanjutnya kita bisa agendakan pertemuan untuk mendetailkan rencana kerja sama,” ujar Agus.
-RNS-