AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Angkatan Udara Korea Selatan (RoKAF) sedang melakukan investigasi terhadap insiden pendaratan tanpa roda jet F-35A mereka yang terjadi pada 4 Januari 2021 lalu.
Di tengah proses investigasi tersebut, tim menduga faktor bird strike (benturan dengan burung) kecil yang masuk ke mesin pesawat berkemungkinan menjadi penyebab insiden tersebut.
Apakah faktor bird strike ini dapat diterima? Meski tim punya dugaan begitu, lebih lanjut tim investigasi harus mencari korelasi antara masuknya burung kecil ke mesin dan keputusan pilot untuk melakukan belly landing di sebuah pangkalan.
Seorang pejabat militer Korea Selatan mengatakan, pendaratan darurat pesawat tanpa roda dilakukan karena roda pesawat tidak dapat dikeluarkan.
Perlu dipertegas kerusakan apa yang diakibatkan oleh tabrakan dengan burung yang masuk ke lubang masuk aliran udara ke mesin tersebut.
Untuk itulah, RoKAF bersama dengan Lockheed Martin selaku produsen pesawat akan melakukan investigasi yang lebih mendalam.
Akibat kejadian tersebut RoKAF menangguhkan sementara pengoperasian F-35A sambil menunggu tuntasnya penyelidikan.
RoKAF sejauh ini telah menerima lebih dari 30 jet F-35A dari Amerika Serikat. Seoul membeli total 40 jet tempur generasi kelima ini.
-Poetra-
Kalau bird strike ke intake bisa bikin roda pendarat tidak bisa keluar, harusnya ada kerusakan internal cukup besar. Paling tidak ada kemungkinan airframe jadi total loss. Mesin rusak total harusnya tidak menghalangi kemampuan mengeluarkan roda pendarat.
Kalau masalahnya di software, itu urusan lain lagi.