AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Australia tidak memiliki armada F-15 maupun F-16. Penyebabnya, kedua pesawat tersebut tersingkir oleh F/A-18 dalam pemilihan oleh Angkatan Udara Australia (RAAF) di tahun 1981.
Dipilihnya F/A-18 Hornet oleh RAAF pada 18 Oktober 1981, karena pesawat ini memiliki kemampuan multiperan dan bermesin ganda.
F-15A yang menjadi kompetitor saat itu, hanya memiliki kemampuan tempur udara ke udara.
Sedangkan F-16, tersingkir dalam pemilihan karena bermesin tunggal.
RAAF, saat itu membutuhkan penempur multiperan bermesin ganda.
Tawaran dari McDonnell Douglas (sekarang sudah melebur ke Boeing) menjadikan “Sang Penyengat” berhasil mengaspal di pangkalan RAAF untuk masa baktinya selama empat dekade.
Australia memborong 57 penempur F/A-18A dan 18 F/A-18B berkursi tandem yang digunakan sebagai pesawat pelatih.
Kedua pesawat ini menggantikan peran Dassault Mirage IIIO.
Dua pesawat pertama F/A-18 untuk RAAF diproduksi di AS. Sementara sisanya dirakit di Australia di Government Aircraft Factory.
Pengiriman F/A-18 ke RAAF dimulai pada 29 Oktober 1984 dan berlanjut hingga Mei 1990.
Sejumlah operasi militer telah dijalani oleh armada Hornet RAAF. Antara lain operasi koalisi di Afganistan tahun 2001, operasi invasi koalisi di Irak tahun 2003, dan operasi Okra di Timur Tengah tahun 2015.
Hingga tahun 2006, RAAF mengoperasikan 71 F/A-18A/B setelah empat pesawat lainnya mengalami kecelakaan.
Modernisasi armada Hornet RAAF dilaksanakan pada akhir 1990-an untuk memperpanjang masa pakainya hingga 2015.
Sejumlah lainnya diperpanjang lagi masa pakainya untuk penggunaan hingga tahun 2020-an.
Australia pada 2010 juga membeli 24 F/A-18F Super Hornet sebagai pesawat tempur perantara sebelum digunakannya F-35A Lightning II.
Pada 2019, Australia menjual 25 F/A-18A/B ke Kanada. Dua pesawat pertama dikirim ke AU Kanada (RCAF) pada 2019.
Dikirim ke museum
Pada Oktober 2020, sebuah F/A-18A RAAF dikirim melalui jalan darat menuju Australian War Memorial di Canberra.
Pesawat dengan registrasi A21-022 itu adalah salah satu dari dua Hornet RAAF yang akan dimuseumkan di sana.
Pesawat ini pensiun setelah berdinas di RAAF selama 30 tahun sejak 1990. Jam terbangnya tercatat sebanyak 6.131,5 jam.
Sebelumnya pada Maret 2020, Australia mengumumkan akan menjual 46 F/A-18AB kepada Air USA, perusahaan penyedia latihan tempur udara bagi militer AS dan pelanggan internasional.
RNS