50 persen ekspor persenjataan Rusia adalah pesawat

Su-30SMRussian MoD

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Sebanyak 50 persen penyumbang terbesar ekspor sistem persenjataan Rusia yang terlaksana tahun 2020 adalah pesawat.

Hal itu dikatakan Direktur Layanan untuk Kerja Sama Militer Federasi Rusia, Dmitry Shugayev dalam wawancara dengan saluran televisi Rossiya-24 pada Jumat, 12 Maret.

Ia menambahkan, sistem pertahanan udara meraup 25 persen ekspor sistem senjata Rusia tahun lalu. Sedangkan sisanya berupa kendaraan tempur darat, perangkat keras angkatan laut, dan produk militer lainnya.

“Kami dapat katakan bahwa pesawat menyumbang sekitar 50% (dari ekspor senjata Rusia), sistem pertahanan udara mencapai 25% sedangkan persentase sisanya terkait sistem senjata angkatan darat, perangkat keras angkatan laut, dan produk militer lainnya,” kata Shugayev dalam wawancara tersebut seperti dikutip TASS.

Untuk wilayah tujuan ekspor, lanjutnya, hingga saat ini tidak mengalami banyak perubahan. Pasar negara-negara di Asia Tenggara, Asia Timur Tengah, dan Afrika masih tetap.

Tentunya juga termasuk Asia Selatan di mana  India merupakan salah satu pelanggan terbesar. Sementara negara di Afrika yaitu Mesir telah menerima Su-35 tahun ini.

Terganjal CAATSA

Seperti diketahui, Rusia gencar menawarkan produk pesawatnya termasuk pesawat tempur ke sejumlah negara peminat.

Namun demikian, dalam dua tahun terakhir hal itu terganjal undang-undang CAATSA yang diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat.

Dampaknya, sejumlah kontrak pembelian sistem persenjataan dengan Rusia ditinjau ulang.

Indonesia termasuk salah satu negara yang terkendala untuk meneruskan pembelian Su-35 dari Rusia, walaupun kontrak pengadaan 11 Su-35 senilai 1,14 miliar USD telah ditandatangani pada Februari 2018.

Hingga saat ini kabar kelanjutan atau berhentinya program Su-35 belum diumumkan oleh Jakarta.

Negara-negara yang tidak mau berurusan dengan ancaman sanksi yang akan diberlakukan oleh Washington, kemudian mengalihkan pembelian ke negara-negara alternatif termasuk ke AS, Eropa Barat, atau bahkan China.

Tetapi Turki dan Mesir, merupakan contoh dua negara yang tidak gentar oleh ancaman AS. Walaupun, Turki harus menerima konsekuensi atas keputusannya membeli S-400 dari Rusia dengan dikeluarkan oleh AS dari Program F-35 dan mendapat embargo militer serta pemblokiran ekspor sejumlah alutsista yang menggunakan komponen buatan AS.

Mesir sudah diingatkan untuk tidak melakukan pembelian Su-35 dari Rusia. Belum diketahui, sanksi apa yang akan diterapkan oleh Washington kepada Kairo.

Berikutnya adalah India yang saat ini sedang menunggu pengiriman S-400 dari Rusia. Tapi Washington belum memberikan peringatan (keras) kepada New Delhi.

Sebaliknya, AS bahkan menawarkan F-15EX yang merupakan jet tempur tercanggih dari keluarga F-15 yang baru satu unit diterima oleh USAF.

Poetra Mikoyan

2 Replies to “50 persen ekspor persenjataan Rusia adalah pesawat”

  1. Mengapa india dianak emaskan wahai amerika ???dan malah menawari india dengan F 15 EX,padahal konsumsi alutsista india dari rusia melebihi apa yang turki,mesir dan indonesia mampu beli!!ada apa dgn amerika dgn menganak emaskan india??

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *