AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Myanmar, negeri di kawasan Asia Tenggara yang kini tengah bergejolak akibat kudeta militer terhadap pemerintahan resmi ini cukup tertutup mengenai informasi angkatan bersenjatanya.
Sebagian besar persenjataan militer Myanmar dipasok oleh negara sahabatnya China. Ini termasuk drone intai bersenjata CH3A (Cai Hong 3A atau Rainbow 3A) yang dioperasikan Angkatan Udara Myanmar (Tatmadaw Lay).
AU Myanmar sendiri diperkirakan mengoperasikan sekitar selusin drone buatan China Aerospace Science and Technology Corporation yang diperoleh antara tahun 2014-2015.
Dilaporkan oleh Myanmar-Now, pada awal Januari 2020 drone CH-3A telah digunakan menghadapi pemberontak Tentara Arakan.
Drone tersebut diperkirakan diterbangkan dari lapangan udara Lashio di Negara Bagian Shan atau dari Bhamo di Negara Bagian Kachin untuk melakukan serangan mendadak.
CH-3A adalah varian bersenjata yang dikembangkan dari seri CH-3.
Drone ini dibekali mesin piston model pusher dan memiliki muatan maksimum hingga 180 kg. Daya tahan terbangnya enam jam atau jangkauan operasi 960 km.
Dalam hal persenjataan, CH-3A terbilang cukup mumpuni. Drone ini mampu meluncurkan rudal udara ke permukaan berpemandu laser AR-1 atau menjatuhkan bom berpemandu YC-200.
Rangga Baswara Sawiyya
CH-3 sebanarnya bukan asli “rancang bangun putra cina”….tapi cina membeli desain “Mateng” karya “Burt Rutan” yg dikustomisasi sesuai kebutuhan operatornya dan dinamai ulang oleh para pemesannya SPT: cina, Pakistan, Austria….bahkan NASA 🤗
Kalo mau jujur, kita juga melakukan hal serupa….
Salah satu drone yg diklaim adalah 100% karya anak bangsa sebenarnya asalah rancang bangun dan produk terbaru milik sebuah perusahaan kecil di Norwegia yg belum setenar perusahaan drone Israel misalnya.
Lantas dg berbagai upaya seolah-olah drone ini adalah rancang bangun kita….bahkan melalui serangkaian uji di wind tunnel didalam negri…..dan pasti saja lulus dong 🤣🤣🤣
Moga-moga saja kejujuran masih dihargai di negri tercinta ini 🤗