AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Sebuah foto memperlihatkan pesawat angkut militer C295 buatan Airbus Defence and Space (Airbus DS) membawa persenjataan berupa empat bom berpemandu presisi buatan Turki.
Gambar hasil jepretan fotografer Spanyol Santi Blánquez menunjukkan pesawat uji C295 milik Airbus DS itu menggunakan registrasi militer sementara EC-296.
Seperti diberitakan The Drive, empat bom berpemandu presisi yang dibawa C295 dengan cara digantung pada pylon di sayap itu, adalah seri bom Teber 500 pon buatan Roketsan. Bom dilengkapi sistem pemandu INS/GPS. Dengan dilengkapi bom ini, pesawat angkut C295 tampaknya sedang dipersiapkan untuk menjadi pesawat serang.
Ide memodifikasi C295 menjadi pesawat gunship, diperlihatkan pertama kali di Dubai Airshow pada November 2017. Selain versi bersenjata, Airbus DS juga menawarkan versi untuk misi intelijen, pengawasan, dan pengintaian (ISR). Ide ini untuk merespons minat dari calon pelanggan C295 dari Timur Tengah dan Afrika Utara.
Ada dua versi dasar dari C295 bersenjata yang ditawarkan. Pertama, yang dilengkapi persenjataan ringan. Pesawat dilengkapi FITS roll-on/roll-off dan sepasang senapan mesin kaliber .50 yang diarahkan secara manual melalui pintu di badan pesawat. Kedua peralatan tersebut dapat dipasang dan dilepas dengan cepat, sehingga pesawat dapat digunakan lagi untuk misi pengangkutan.
Yang kedua adalah versi gunship berat. Pesawat ini menggunakan instalasi FITS tetap dan dilengkapi dengan empat gantungan di bawah sayap seperti terlihat pada foto EC-296.
Pesawat untuk kedua jenis gunship ini dilengkapi menara sensor elektro-optik di bawah hidung pesawat serta radar pengintai di bawah badan pesawat.
Sebelumnya, Airbus DS dan Roketsan memang telah melakukan kerja sama untuk memodifikasi C295 menjadi gunship. Selain bom berpemandu Teber, pilihan persenjataan lainnya adalah 16 rudal udara ke darat ringan berpemandu laser L-UMTAS atau pod untuk roket berpemandu laser Cirit 2,75 inci.
Selain dengan Turki, Airbus DS juga menjajaki roket terarah CAT-70 buatan EXPAL, Spanyol. Persenjataan ini dibawa menggunakan pod yang disediakan oleh perusahaan Brazil, Equipaer.
Uni Emirat Arab (UEA) disebut-sebut sebagai calon pelanggan potensial C295 versi gunship. Untuk hal ini kontrak sebesar 250 juta dolar AS telah diumumkan pada saat Dubari Airshow 2017 itu.
Meski demikian, sejauh ini belum ada konfirmasi. Perlu dicatat, UEA sendiri sudah menjadi pelanggan rudal L-UMTAS dan roket yang dipandu laser Cirit. Rudal dan roket ini telah terintegrasi pada pesawat serang ringan IOMAX Archangel atau AT-802U.
Kerja sama yang gagal dengan Yordania
Sebelumnya pada 2014, Airbus DS, Biro Desain dan Pengembangan Raja Abdullah II (KADDB), dan ATK telah menandatangani perjanjian kerja sama secara untuk memodifikasi C295 menjadi gunship. Penandatanganan saat itu disaksikan oleh Pangeran Yordania Yang mulia Feisal bin Al Hussein.
Angkatan Udara Kerajaan Yordania (RJAF) mengoperasikan sebuah pesawat C295 yang kemudian akan diubah menjadi gunship oleh ATK. Konfigurasi gunship AC295 akan didasarkan pada AC235 Light Gunship. Sistem di pesawat mencakup misi terintegrasi dan sistem kontrol penembakan, sensor elektro-optik dan radar, rudal Hellfire, senapan rantai M230 kaliber 30mm, perangkat pertahanan terintegrasi, dan roket berpemandu 2,75 inci.
Namun kerja sama ini kemudian dibatalkan karena Yordania sendiri akhirnya menjual dua pesawat AC235 Gunship dan CN295-nya pada 2019. Sebelum dijual, pesawat AC235 Gunship telah terbukti perannya dalam operasi di sepanjang perbatasan Suriah dan dalam kampanye anti-Houthi di Yaman.
Pada 18 desember 2020, Irrawady melaporkan, Myanmar telah membeli dua pesawat C295 senilai 38,6 juta dolar AS Yordania.
Pengembangan oleh Airbus DS
C295 diproduksi dan dirakit di fasilitas Airbus DS di Bandara San Pablo, Seville, Spanyol. Pesawat ini merupakan versi pengembangan dari pesawat angkut CN235 yang dikembangkan bersama oleh CASA (Spanyol) dan IPTN (Indonesia). Kedua perusahaan telah bersalin nama menjadi Airbus DS dan PT Dirgantara Indonesia (PTDI).
C295 memiliki badan lebih panjang dibanding CN235. Daya muat pesawat ini lebih besar 50% serta menggunakan mesin baru Pratt & Whitney Canada PW127G.
CASA saat itu memulai pengembangan C295 pada November 1996. Prototipe pesawat ini berhasil terbang perdana setahun kemudian pada 28 November 1997. Angkatan Udara Spanyol menjadi pengguna pertama C295 dengan memesan sembilan pesawat ini.
Pesawat C295 yang dirancang sendiri oleh CASA (tidak melibatkan IPTN), berhasil mendapatkan sertifikasi dari Badan Penerbangan Sipil Spanyol dan FAA dari Amerika pada Desember 1999. Pengiriman pesawat pertama kepada Angkatan Udara Spanyol, dilaksanakan pada November 2001.
Bulan November, sepertinya menjadi bulan khusus untuk C295, karena dimulainya pengembangan, terbang perdana, dan sertifikasi semua dilaksanakan pada bulan tersebut.
Pada tahun 2012, Airbus Military (sebelum menjadi Airbus DS) mengumumkan beberapa peningkatan pada desain basis C295. Perubahan itu termasuk pada sayap dan kemampuan membawa rudal antikapal Marte. Airbus Military juga mengumumkan rencana untuk membuat varian peringatan dini dan kontrol khusus udara.
November 2015, C295 berhasil mendemonstrasikan sistem perlindungan diri. Perangkat ini menggabungkan elemen seperti penanggulangan inframerah arah buatan Elbit System dan sistem peringatan udara pasif inframerah.
Sementara pada Januari 2016, Airbus DS mulai mengembangkan C295 sebagai pesawat tanker untuk helikopter dengan menambahkan sistem probe-and-drogue.
C295 telah dipesan oleh 78 negara
C295 dapat dikatakan pesawat yang sukses. Pesawat ini telah dipesan oleh 78 negara. Data hingga April 2020 menyebut, sebanyak 214 pesawat ini telah dipesan di mana 176 di antaranya telah dikirimkan kepada para pemesannya.
Pada April 2005, Venezuela memesan sepuluh pesawat angkut C295. Namun demikian, pesanan tersebut digagalkan oleh Amerika Serikat yang menolak izin ekspor komponen-komponen buatan AS pada C295 kepada Venezuela. Akhirnya, dengan berat hati pesanan tersebut dibatalkan oleh Airbus DS.
Pemesanan yang gagal oleh Venezuela, terobati oleh pesanan 12 C25 oleh Portugal setahun berikutnya. Pengiriman C295 kepada Portugal dimulai pada November 2008 dan semanya telah selesai.
Pada Februari 2012, Indonesia memesan sembilan pesawat C295 untuk TNI AU. Tak sampai setahun, dua pesawat pertama dikirim ke TNI AU pada September 2012 melalui PTDI. TNI AU juga menambah satu unit pesawat C295 Special Mission (CN295 SM). Hingga Januari 2019, ada 11 pesawat C-295 yang beroperasi di Indonesia termasuk satu yang digunakan oleh Polisi Udara, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).
Roni Sont
hmm…saya rasa utk kebutuhan Polud masih cukup dipenuhi dgn CN235, C295 nya transfer saja ke AU yg butuh payload lebih besar