AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Tiga perusahaan pertahanan Amerika Serikat, yaitu General Atomics, Lockheed Martin, dan Norhtrop Grumman telah mendapatkan kontrak program “LongShot” dari DARPA (Defense Advanced Projects Agency) untuk pengerjaan proyek Tahap I.
LongShot adalah drone yang dirancang untuk pertempuran udara ke udara. Drone ini dibawa oleh pesawat tempur di tiang gantungan senjata atau dibawa oleh pesawat pembom di dalam rak senjata internal.
Tujuan dibuatnya LongShot adalah untuk meningkatkan ketahanan pesawat tempur/pembom di udara saat menghadapi musuh-musuhnya.
LongShot akan dilepaskan dari pesawat tempur/pembom untuk terbang menjauh dan kemudian menyerang musuh dari berbagai sudut yang berbeda menggunakan rudal yang dibawanya.
Ibaratnya, LongShot merupakan prajurit-prajurit udara yang akan membela “majikannya” saat melaksanakan pertempuran udara.
LongShot akan bergerilya dari jarak yang aman dan mengantarkan rudal ke sasarannya lebih dekat di saat rudal itu itu masih bertenaga penuh.
Lalu apa bedanya dengan Loyal Wingman?
Dari sisi tugas dapat dikatakan hampir sama. Tetapi, Loyal Wingman yang berukuran lebih besar dibuat “terpisah” dari induknya. Loyal Wingman tidak diluncurkan dari udara, melainkan terbang dan kembali mendarat ke landasan secara mandiri.
Sementara untuk LongShot belum dijelaskan apakah wahana ini dapat digunakan lagi setelah dilepaskan dari induknya dan bagaimana cara recovery-nya. Yang jelas, LongShot tidak dilengkapi dengan roda pendaratan.
Hal lain yang membedakannya, LongShot lebih sederhana dibandingkan Loyal Wingman. Wahana tanpa awak yang ditenagai mesin “pernapasan udara” ini tidak dilengkapi dengan radar, sensor, maupun sistem kecerdasan buatan (AI) yang canggih.
Dapat dikatakan, LongShot merupakan “paket hemat” drone pertempuran udara yang menemani pesawat tempur/pembom.
LongShot ibarat rudal jelajah yang akan membentangkan sayapnya setelah diluncurkan dan kemudian berkeliaran untuk menembak sasaran terhadap target yang telah diberikan oleh pesawat tempur induknya.
Sedangkan Loyal Wingman dilengkapi dengan radar, sensor, kecerdasan buatan, hingga sistem peperangan elektronik. Loyal Wingman dikendalikan dari pesawat tempur induknya dan dapat “berkomunikasi” melalui kecerdasan buatannya.
Konsep murah dan efektif
Konsep semurah-murahnya dan seefektifnya dari wahana udara yang digunakan, menjadi peluang yang dapat digunakan semaksimal mungkin di saat biaya anggaran pertahanan yang semakin diperketat.
Mengoperasikan jet tempur siluman berawak jelas membutuhkan biaya yang sangat besar termasuk pemeliharaannya. Sebagai alternatif, maka dibuatlah LongShot atau Loyal Wingman yang juga berkarateristik siluman.
Belum disebutkan berapa biaya pengembangan riset untuk LongShot ini. Namun, berdasarkan anggaran pertahanan AS untuk tahun fiskal 2021, DARPA telah meminta 22 juta dolar AS untuk program ini.
DARPA sebelumnya juga telah mengembangkan ide serupa, seperti konsep Flying Missile Rail (FMR), yaitu drone yang dilengkapi dengan rudal AIM-120 AMRAAM, atau donre meriam dengan nama Gunslinger.
Dengan munculnya “prajurit-prajurit udara tak berawak” yang lebih murah dan dapat mendukung jet tempur utama, maka penggunaan LongShot maupun Loyal Wingman dapat menaikkan kembali pamor jet tempur generasi keempat non-siluman yang telah di-upgrade dengan beragam sistem dan persenjataan modern.
Roni Sont