AIRSPACE REVIEW (airspace-revie.com) – Jet tempur generasi kelima Rusia, Su-57 (NATO: Felon), selama ini diidentikkan sebagai pesawat superioritas udara untuk mengungguli pesawat dengan fungsi yang sama, yaitu pertempuran udara ke udara seperti halnya F-22 Raptor dan F-15C/D Eagle.
Namun sejatinya, tulis Military Watch (MW), pesawat ini memiliki kemampuan serangan udara ke darat yang sangat mengagumkan.
Kemampuan multiperan untuk pertempuran udara dan serangan terhadap sasaran permukaan, menjadikan Su-57 sebagai senjata udara yang dapat membutakan pertahanan NATO. Su-57 adalah penembak jitu dari udara.
Ditambahkan, kemampuan Su-57 bahkan melebihi saingan-saingannya dari Amerika Serikat maupun Tiongkok.
Su-57 saat ini masih dalam tahap pengembangan lanjutan untuk meluncurkan rudal balistik hipersonik. Sensor yang kuat pada pesawat ini, memungkinkan Su-57 dapat menembak sasaran dengan tepat dan akurat.
Istilah “Aerial Sniper” dulu pernah dialamatkan untuk memberi julukan kepada F-14D Tomcat milik Angkatan Laut AS (US Navy).
Sebab, pesawat itu dilengkapi sensor paling mumpuni di antara seluruh pesawat tempur buatan Barat pada masanya. F-14 selain untuk pertempuran udara, juga sebagai penghancur sasaran darat yang hebat.
Pada Su-57, rudal antiradiasi Raduga NPO Kh-58UShE (NATO: AS-11 Kilter) dengan panjang lima meter ini memiliki kecepatan hingga 3,6 Mach dan menjangkau jarak hingga 200 km.
Rudal Kh-58UShE mampu mengendus setiap emisi radar musuh dan kemudian menghancurkannya. Tidak salah bila senjata ini disebut sebagai penghancur ideal situs pertahanan udara musuh dan dapat membutakan seluruh kendali darat lawan.
Sementara untuk menghancurkan sasaran udara musuh, Su-57 dilengkapi rudal Vympel R-37M (NATO: AA-13 Axehead) yang mampu menjangkau jarak hingga 400 km dan terbang dengan kecepatan hingga 6 Mach.
Rudal ini disebut sebagai yang tercepat di kelasnya dan cocok digunakan untuk melahap pesawat-pesawat “radar terbang” seperti E-2 Hawkeye maupun E-3 Sentry.
Dibandingkan dengan F-35 yang berukuran lebih kecil, tulis MW, Su-57 lebih kuat dan mampu membawa persenjataan lebih banyak. Sedangkan F-35 sangat terbatas kapasitas muatnya.
Su-57 juga memiliki kecepatan terbang dan ketinggian terbang lebih tinggi dibanding F-35.
Tidak perlu dikerahkan dalam jumlah banyak
Diibaratkan sebagai penembak jitu, Su-57 tidak perlu dikerahkan dalam jumlah banyak dan sesering pesawat tempur lain seperti serial penempur generasi keempat seperti Su-34 atau Su-30SM.
Su-57 cukup diturunkan pada saat-saat kritis di mana sebuah pertempuran udara membutuhkan penembak jitu dari udara. Su-57 dapat digunakan untuk melaksanakan tugas tersebut dengan baik.
Catatan redaksi Airspace Review, berbagai penilaian terhadap sebuah pesawat tentu sah-sah saja sejauh berdasarkan fakta dan performa kapabilitasnya.
Tentu saja, teknologi akan terus berkembang. Dan, barang siapa yang lebih dulu mengembangkannya dan mampu mengungguli lawan-lawan di kelasnya, maka dia akan jadi pemenangnya.
Ingat juga, pertempuran udara modern membutuhkan sebuah sistem yang komplit yang saling terintegrasi dan saling mendukung satu sama lain.
Angkatan Perang yang kuat, adalah angkatan perang yang dapat memadukan semua potensi keunggulan yang dimiliki. Baik secara kuantitas, terlebih secara kualitas.
Roni Sont
Nanggung cuman incer su35 aja, sekalian akusisi su57,,,bosan udah dengar alasan takut caatsa, kita harus secepatnya putuskan untuk akusisi jet tsmpur yg diinginkan TNI au bukan keinginan sales, situasi yg tak menentu saat ini dikawasan memaksa kita untuk secepatnya meningkatkan kwantitas armada jet tempur, banyak mikir takut caatsa ujungnya jd konyol bila bom waktu kawasan meledak dan jelas meski mereka china vs us yg gontok2an kita pasti terseret imbasnya jg.