AS negosiasikan harga F-35 untuk kontrak Lot ke-15 hingga 17

F-35Lockheed Martin

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Amerika Serikat melalui Kantor Program Gabungan (JPO) F-35, Lockheed Martin, dan Pratt & Whitney sedang melaksanakan negosiasi harga untuk pesawat dan mesin jet tempur F-35 Lightning II produksi Lot ke-15 hingga 17.

Kesepakatan akhir dari harga tersebut dijadwalkan tercapai pada akhir September tahun ini.

Negosiasi harga pesawat F-35 dan mesinnya, ditujukan agar tercapai harga dasar yang menguntungkan bagi pihak perusahaan maupun pelanggan.

Kontrak Lot 15-17 akan menandai kesepakatan besar pertama untuk mesin F135 yang digunakan F-35 Pratt & Whitney yang kini berada di bawah kepemilikan Raytheon Technologies. Sebelumnya Pratt & Whitney dimiliki oleh United Technologies.

Sebelumnya, pada kontrak produksi F-35 Lot 12-14, Lockheed Martin dan JPO telah mencapai kesepakatan kontrak sebesar 34 miliar USD pada Oktober 2019.

Kontrak tersebut merupakan yang terbesar untuk pesawat F-35 di mana jet siluman generasi kelima ini mendapatkan 478 unit pesanan. Terdiri dari 291 unit untuk militer AS dan 127 unit untuk pelanggan asing.

Melalui kesepakatan tersebut, ditetapkan harga satu unit F-35A di bawah 80 juta USD.

Harga tersebut turun 12,8% bila dibandingkan harga F-35A pada Lot 11.

Sementara untuk harga mesin mengalami penurunan sebesar 3,5% persen.

Untuk produksi F-35 pada Lot 15-17, AS memperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah sedikit lebih banyak.

Harga F-35 lebih murah tapi biaya operasi masih tinggi

Pejabat industri seperti Airspace Review kutip dari Air Force Magazine mengatakan, mengharapkan pengurangan biaya yang lebih kecil pada F-35 mulai sekarang. Hal ini karena jalur produksi hampir mencapai kapasitas dan efisiensi puncak.

Kontrak tahun 2019 diakuis sebagai kesepakatan “big bang” di mana Lockheed Martin mampu mendorong untuk menetapkan biaya unit F-35 di bawah 80 juta USD.

Dengan harga tersebut, F-35 generasi kelima harganya lebih murah bila dibanding pesawat tempur generasi keempat seperti F-15EX buatan Boeing.

Baca Juga: Medan perang masa depan makin sulit, Boeing bangun OMS pada F-15EX

Meski demikian diakui, biaya operasinal F-35 tetap jauh lebih tinggi.

Sementara itu, pada 2020 Lockheed kehilangan kesempatan untuk memproduksi 20 pesawat akibat terjadi pandemi COVID-19.

Pengurangan jumlah produksi itu diharapkan dapat ditebus pada 2023.

Roni Sont

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *