AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Kementerian Pertahanan Uruguay sedang mengevaluasi sejumlah pesawat tempur ringan untuk diakuisisi bagi angkatan udara negeri itu (FAU). M-346 Master dari Italia dan L-15 dari China masuk dalam pertimbangan.
Dalam rencana pembelian itu disebutkan, pesawat yang akan dibeli harus baru alias nol jam terbang dari pabrik.
Yang kedua, harus dilengkapi radar dan mampu melaksanakan minimal simulasi pertempuran udara. Untuk diketahui, hingga saat ini FAU belum memiliki pesawat tempur jenis ini.
Pesawat baru untuk menggantikan peran A-37 Dragonfly
Pesawat baru tersebut nantinya akan menggantikan peran pesawat serang darat Cessna A-37 Dragonfly.
Dari kedua kriteria itu, kemudian muncul Leonardo M-346 LFFA dari Italia dan L-15B dari China.
Muncul pula opsi lain yaitu KAI FA-50 dari Korea dan Saab Gripen C dari Swedia.
Seperti diberitakan Poder Aereo, tampaknya M-346 LFFA mendapat sambutan yang paling baik dibanding L-15B. Sementara untuk FA-50 dan Gripen C, masih belum mendapatkan perhatian.
Perhatian terhadap M-346 LFFA terutama ditunjang oleh teknologi canggih yang digunakan pesawat ini. Selain itu, faktor biaya yang rendah serta siklus hidup pesawat dan mesin.
Masa pakai pesawat untuk 40 tahun
Masa pakai M-346 mencapai 8.000 jam terbang. Sementara mesinnya di kisaran 4.000 jam terbang dengan TBO (masa pakai sebelum overhaul) setiap 2.000 jam.
FAU menghitung, dengan pemakaian 180-200 jam terbang per tahun, pesawat ini bisa digunakan selama empat dekade dengan satu kali pergantian kedua mesinnya.
Baca Juga: Leonardo dan Rafael berkolaborasi lengkapi M-346FA dengan pod sensor
M-346 merupakan jet latih dan tempur ringan berkecepatan subsonik. Pesawat dengan mesin ganda ini terbang pertama kali pada 15 Juli 2004 dan mulai digunakan tahun 2015.
Selain Italia sendiri, Singapura dan Israel turut membeli dan mengoperasikan pesawat ini.
Roni Sontani