AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Turki akan mengoperasikan sistem pertahanan udara jarak jauh S-400 Triumf yang dibeli dari Rusia secara mandiri. Ankara tidak akan mengintegrasikan persenjataan canggih ini ke dalam jaringan NATO.
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan, Turki juga tidak akan tunduk pada perintah Amerika Serikat (AS) untuk tidak mengoperasikan S-400.
Pekan lalu, Departemen Luar Negeri AS memperingatkan Turki bahwa aktivasi S-400 akan berpotensi menimbulkan “konsekuensi serius” untuk hubungan keamanan antara Washington dan Ankara.
S-400, kata Akar kepada Bloomberg seperti diberitakan oleh Russia Today (22/10/2020), akan beroperasi di luar infrastruktur komando dan kontrol NATO.
“Penyebarannya akan serupa dengan praktik penggunaan senjata S-300 buatan Rusia yang ada di dalam NATO,” ujar Akar menjelang pertemuan virtual para menteri pertahanan NATO.
Yang ia maksud adalah pengoperasian sistem pertahanan udara S-300 oleh Yunani.
Hal lain, Akar mengonfirmasi laporan media sehubungan dengan pengujian S-400 oleh militer Turki di wilayah utara negeri itu. Ia mengatakan, pengujian S-400 berjalan dengan sukses. Pengujian dan kontrol sistem merupakan bagian dari pengadaan pertahanan.
“Setiap pengadaan pertahanan termasuk tes dan kontrol sistem,” ujarnya menjawab soal latihan penembakan menggunakan S-400.
Sementara itu Washington sebelumnya menegaskan, pengujian semacam itu tidak sesuai dengan tanggung jawab Turki sebagai sekutu NATO dan mitra strategis AS.
Roni Sontani