AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Pasca perang dunia, industri kedirgantaraan Jepang memang tak agresif lagi. Namun untuk menjaga eksistensinya, pemerintah Jepang tak segan mengorder pesawat untuk kebutuhan militernya meskipun harus menanggung dana yang besar dikarenakan jumlah produksi terbatas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja.
Bercerita mengenai pesawat latih militer negeri Matahari Terbit, diawali dengan lahirnya jet latih T-1 yang pengembangannya dipercayakan pada Fuji Heavy Industries.
T-1 ditenagai sebuah mesin turbo jet Mk 805 Orpheus buatan Bristol Siddeley, Inggris berdaya 18 kN. Kecepatan maksimumnya kisaran 925 km/jam.
Fuji T-1 sukses menjalani terbang perdana pada 1 Januari 1958. Sebanyak 66 unit dibangun untuk JASDF (Japan Air Self Defense Force). Pesawat terakhir T-1 dipensiunkan pada 3 Maret 2006.
Generasi jet latih lanjut kedua mulai dirancang pada akhir 1960-an. Kali ini dipercayakan kepada Mitsubishi Heavy Industries.
Pesawat dengan kode resmi T-2 ini terbang perdana pada 20 Juli 1971 dan masuk dinas untuk JASDF mulai tahun 1975.
Sebagai dapur pacunya, T-2 menggunakan sepasang mesin jet afterburning Ishikawa-Harima TF40-801A berdaya masing-masing 20,95 kN. Laju maksimumnya 1.700 km/jam.
Sebanyak 96 unit T-2 dibangun, aktif beroperasi untuk JASDF hingga tahun 2006. T-2 juga dijadikan basis jet tempur berawak tunggal dinamai F-1, dibangun sebanyak 77 unit.
Sementara pesawat latih dasar modern pertama Jepang pasca Perang Dunia II adalah T-3 yang dibuat oleh Fuji Heavy Industries.
T-3 menggunakan sebuah mesin piston Lycoming IGSO-480 6-silinder berpendingin udara berdaya 254 kW, dengan baling-baling berbilah tiga. Kecepatan maksimumnya 377 km/jam.
Penerbangan pertama T-3 dilakukan tahun 1978. Hanya 50 unit yang diproduksi dan kelak digantikan T-7.
Pada awal 1980-an, JASDF mulai menyiapkan jet latih baru pengganti Fuji T-1. Perusahaan Kawasaki Heavy Industries kali ini dipercaya untuk mengembangkannya.
Prototipe berkode XT-4 pertama terbang pada tanggal 29 Juli 1985, sementara pesawat versi produksi T-4 dikirim ke JASDF pada September 1988.
T-4 menggunakan sepasang mesin turbofan Ishikawajima-Harima F3-IHI-30 berdaya masing-masing 16.32 kN. Kecepatan maksimumnya 1,038 km/jam.
Sebanyak 208 unit T-4 diproduksi dan masih menjadi andalan JASDF hingga saat ini. T-4 juga digunakan oleh tim aerobatik kebanggaan Jepang, Blue Impulse.
Selain memasok pesawat latih dasar untuk JASDF, Fuji Heavy Industries juga memproduksi untuk kebutuhan JMSDF (Japan Marine Self Defence Force) dengan melansir T-5 bertempat duduk side-by-side (berdampingan).
Penerbangan perdana T-5 dilaksanakan pada 28 Juni 1984 dan mulai berdinas tahun 1988. Total hanya 40 unit T-5 yang dibangun.
Bila T-3 masih menggunakan mesin piston, maka T-5 telah dibekali mesin turboprop buatan Allison 250-B17D berdaya 261 kW berbilah tiga baling-baling. Kecepatan tertingginya 357 km/jam.
Di era milenium baru, JASDF mulai mendapatkan pesawat latih dasar baru Fuji T-7 menggantikan peran T-3 yang sudah dimakan usia.
T-3 mendapatkan mesin turboprop Rolls-Royce 250-B17F berdaya 336 kW dengan tiga bilah baling-baling. Kecepatan maya kisaran 376 km/jam.
T-7 menjalani terbang perdana pada Juli 2002 dan berdinas untuk JASDF setahun kemudian. Total hanya 49 pesawat yang dibangun oleh Fuji Heavy Industries.
Rangga Baswara Sawiyya