AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Seperti diberitakan Reuters, pemerintah Qatar rupanya sudah mengajukan secara resmi permintaan untuk membeli jet tempur generasi ke-5 berteknologi siluman, F-35 Lightning II, pada pemerintah Amerika Serikat (AS). Padahal, Qatar tengah dalam proses menerima sejumlah besar armada jet tempur canggih yang pesanananya terdiri dari 36 Rafale F3R, 36 F-15QA Advanced Eagle, dan 24 Eurofighter Typhoon Tranche 3.
Kabarnya permintaan tersebut diajukan dalam bentuk Letter of Request (LoR) yang lazim mengawali proses transaksi pembelian senjata dari AS dalam program FMS (Foreign Military Sales).
FMS memungkinkan pembeli mendapatkan harga yang sama dengan harga pemesanan oleh militer AS di periode pesanan yang sama, dengan jaminan kualitas serta pengantaran pesanan yang diawasi langsung oleh pemerintah AS.
Permintaan Qatar tersebut, seperti halnya permintaan Uni Emirat Arab (UEA) beberapa waktu sebelumnya, belum tentu disetujui oleh kalangan legislatif AS. Terutama mengingat adanya keberatan dari Israel, sekutu utama AS di kawasan Timur Tengah.
Salah satu klausul dalam perjanjian keamanan dan militer antara AS dan Israel, adalah bahwa AS menjamin penjualan senjata AS ke Timur Tengah tidak akan menurunkan keunggulan kualitatif militer Israel.
Tak hanya dari Israel, keberatan terhadap masuknya F-35 dalam jajaran militer Qatar juga diduga akan datang dari Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir yang tengah terlibat ketegangan dengan Qatar.
Kuat dugaan, permintaan Qatar tersebut berkaitan dan tak lepas dari hasil pertemuan antara Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani di Washington pada September lalu. Salah satu hasil pertemuan tersebut adalah dipertimbangkannya Qatar masuk dalam kategori “sekutu utama AS di luar NATO” (major non-NATO US ally).
Posisi Qatar secara politis memang unik. Di satu sisi Qatar kerap dituduh berafiliasi dengan kelompok Hamas yang berseberangan dengan Israel dan AS, dan juga tak disukai sejumlah negara sekutu AS di kawasan.
Namun di sisi yang lain, Qatar adalah salah satu pijakan kaki terpenting AS di Timur Tengah. Di negeri mungil tersebut AS menempatkan pangkalan aju US Central Command, tepatnya di Al Udeid yang hanya sekitar setengah jam perjalanan dari Doha, ibukota Qatar.
Al Udeid adalah salah satu pangkalan udara terbesar AS di kawasan Timur Tengah di mana AS menempatkan sejumlah besar pasukan berikut armada jet tempur dan pembom strategis. Jet tempur siluman F-22 Raptor dan F-35A Lightning II AU AS termasuk rutin dirotasi dan digelar di pangkalan tersebut.
Permintaan Qatar nampaknya membuat AS berada di simpang jalan. Mengabulkan permintaan tersebut pasti akan diprotes oleh sekutu dan sejumlah mitra strategis. Sementara jika tidak dikabulkan pun akan membuat AS berpotensi kehilangan pijakan kaki di kawasan yang suhu politiknya masih panas sampai saat ini.
Antonius KK
F-35 itu takut petir, takut S400, takut jatuh sendiri. Mending Su-35