AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Setelah memperkenalkan pertama kali drone intai Orion pada MAKS-2019, perusahaan swasta Rusia, Kronstadt Group, meluncurkan drone versi bersenjatanya pada forum teknik dan militer Army-2020 yang sedang berlangsung di Taman Patriot dekat Moskow pada 23-29 Agustus 2020.
Orion adalah drone kelas MALE (medium-altitude long-endurance) pertama buatan Rusia. Kehadirannya boleh dibilang sangat telat bila dibandingkan dengan MQ-1 Predator dari Amerika Serikat yang telah malang melintang di beberapa palagan.
Drone dengan bobot terbang maksimum (MTOW) 1.000 kg ini digerakkan menggunakan mesin turboprop Saturn 36MT berdaya 100 hp.
Kecepatan jelajahnya 120 km/jam dengan ketinggian maksimum kisaran 7.500 m.
Perangkat standar misi yang dibawa Orion berupa menara infra merah FLIR (forward looking infra red), SAR (synthetic aperture radar), dan kamera beresolusi tinggi.
Beragam misi dapat dilakukan Orion, mulai dari melakukan kegiatan intelijen pengintaian dan pengawasan (ISR), deteksi dan pelacakan target, pemetaan udara, penilaian kerusakan akibat serangan, survei radar, hingga SIGINT/COMINT.
Dari data yang dilansir oleh Kronshtadt Group, Orion memiliki jangkauan operasi sejauh 250 km atau dapat berkeliaran selama 24 jam penuh guna mengawasi targetnya.
Orion versi bersenjata ini dapat membawa muatan hingga 200 kg. Beragam senjata pilihan dapat digotongnya, di antaranya adalah rudal berpemandu UPAB-50S seberat 50 kg yang dapat melumat target sejauh 30 km.
Selain untuk kebutuhan militer dalam negeri, Kronstadt Group juga membangun versi ekspor yang dinamai sebagai Orion-E. Drone ini dapat digunakan sebagai wahana ISR yang dapat beroperasi siang/malam dan di berbagai zona iklim.
Rangga Baswara Sawiyya