AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Badan Kepolisian Nasional Jepang (NPA) telah menandatangani kontrak pemesanan satu unit helikopter H225 Super Puma dan empat helikopter H135. Kelima heli baru ini akan digunakan untuk mendukung misi penegakan hukum.
Saat ini NPA telah mengoperasikan 12 H135, 4 H155, 6 AS365. NPA juga sebelumnya telah memesan 1 H215 dan 2 H225 kepada Airbus Helicopters.
Helikopter-helikopter buatan Airbus ini digunakan oleh NPA untuk mendukung berbagai misi. Seperti penegakan hukum, angkutan personel VIP, angkutan barang, penanggulangan bencabna alam, dan sebagainya.
Dengan penambahan pemesanan ini, maka total NPA akan mengoperasikan 30 unit helikopter buatan Airbus Helicopters.
Direktur Pelaksana Airbus Helicopters Jepang, Gullaume Leprince, mengatakan kerja sama Airbus dengan NPA Jepang telah berlangsung selama 30 tahun.
“Kami berterima kasih kepada NPA yang sekarang menjadi pelanggan baru helikopter Super Puma,” ujarnya seperti Airspace Review kutip dari siaran pers Airbus, (24/6).
Helikopter H225, kata Leprince, menawarkan jangkauan, kecepatan, muatan, dan keandalan terbaik di kelas helikopter bermesin ganda kategori 11-ton. H225 merupakan anggota terbaru dari keluarga Super Puma yang telah mengakumulasikan lebih dari 5,7 juta jam terbang di seluruh dunia.
Di Jepang, saat ini terdapat 28 unit heli Super Puma yang diterbangkan oleh operator sipil dan Kementerian Pertahanan Jepang untuk berbagai misi, seperti SAR, angkutan VIP, pemadam kebakaran, dan pengangkatan berat, dan lainnya.
Sementara untuk heli ringan H135 merupakan pemimpin pasar yang luar biasa di segmen heli bermesin ganda. H135 ini dikenal karena bentuknya yang kompak, lincah, andal, dan fleksibel.
Di Jepang, para operator H135 mendapat dukungan pelatihan dari pusat-pusat simulator H135 yang berbasis di Kobe.
Saat ini ada terdapat 94 unit helikopter H135 yang beroperasi di Jepang.
Sementara secara global, Airbus telah mengirimkan lebih dari 1.375 H135 ke sekitar 300 pelanggan. Heli-heli ini telah beroperasi mencapai akumulasi 5,4 juta jam terbang.
Roni Sontani