ANGKASAREVIEW.COM – Rudal anti-tank 9k11 Malyutka atau lebih dikenal oleh NATO dengan nama AT-3 Sagger memiliki reputasi tempur yang luar biasa. Malyutka dapat disejajarkan dengan rudal serupa BGM-71 TOW buatan Amerika.
Malyutka (bermakna si kecil atau bayi) lahir di tengah panasnya Perang Dingin. Uni Soviet menugaskan KBM Plant untuk merancang Malyutka pada 1950. Pada 1965, rudal ini mendapatkan kehormatan tampil di ajang parade Victory Day.
Malyutka dirancang mampu menembus baja dengan ketebalan 400mm RHA dengan daya angkut hulu ledak mencapai 2,6 kg. Senjata pelahap tank ini sanggup terbang hingga kecepatan 3 km/jam dan dilengkapi dengan pemandu kawat.
Hulu ledak Malyutka adalah tipe HEAT dengan ukuran sirip pengendali yang terhitung cukup besar. Peluncur Malyutka terbuat dari bahan fiberglass tahan api dan mudah untuk dipindahkan karena berbentuk seperti ransel.
Para operator dapat meluncurkan Malyutka kurang dari satu menit dan hanya dibutuhkan tiga kru untuk mengoperasikannya. Masing-masing adalah satu orang yang mengoperasikan pengontrol tembakan tipe 9S415, satu orang untuk merangkai rudal, dan satu orang untuk mengoperasikan alat pembidik.
Malyutka dikendalikan dengan alat berbentuk seperti joystick. Perancang Malyutka mendesain agar rudal aman ditembakan dari dalam ruangan, sehingga operator aman dari serangan balik lawan. Jarak efektif Malyutka berkisar tiga kilometer dengan pemandu tipe MCLOS (Manual Command Line of Sight).
Amerika menjadi korban pertama keganasan rudal Malyutka pada 23 April 1972 ketika tentara Vietnam Utara berhasil menembak tank M48A3 milik Vietnam Selatan di Provinsi Quang Tri.
Lain dari itu, kisah yang lebih mengharu-biru adalah ketika Israel harus berhadapan dengan Malyutka. Perang Yom Kippur 1973 menjadi ajang pembuktian Malyutka. Puluhan tank M60 menjadi korban rudal Malyutka. Daya penetrasi Malyutka mampu menembus baja ketebalan 430mm.
Puluhan tahun Israel dan negara NATO merancang metode untuk menangkal keefektifan rudal Malyutka. Salah satunya adalah dengan cara membuat badai debu di sekitar tank agar pandangan operator terganggu ketika mengarahkan rudal menuju sasaran.
Hingga pada akhirnya ditemukanlah ERA (Explosive Reactive Armor) yang mampu membuat Malyutka mandul. Meski begitu, hingga kini Malyutka menjadi pintu masuk bagi Rusia penerus Uni Soviet untuk menciptakan rudal antitank mematikan lainnya.
JULIUS RENDY NUGROHO